Hi, Bye! : 3 | Mas Argan

48.8K 6.1K 1.4K
                                    

Hi, Bye! | [Mas Argan]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, Bye! | [Mas Argan]


Judul bab ini manis banget yak. Wkwkwk.


Happy reading. ❤️
***


Aundy baru saja memindahkan isi kopernya ke dalam lemari pakaian di sebuah kamar di lantai dua. Kali ini, ia terpaksa harus berbagi kamar dengan Audra. Sebenarnya, Tante Sarah membebaskan mereka untuk memilih kamar tamu yang masih tersisa satu, tapi Ibu melarangnya. Katanya, “Aundy sama Audra sering tidur sekamar, kok. Udah biasa mereka nggak apa-apa.”

Padahal, sejak kapan Audra mau tidur dengannya?

Audra masih tengkurap di tempat tidur seraya membaca buku, lalu beberapa kali terlihat mencoret kertas skripsi yang menebar di sampingnya, mengabaikan kopernya yang sama sekali belum dibuka.

“Kak?” Aundy menyimpan koper kosongnya ke ruang kosong di bagian paling bawah lemari. “Ini kopernya—”

“Aku ada bimbingan skripsi besok. Dan aku harus selesaiin revisi malam ini,” jawabnya tanpa menoleh. “Kalau kamu mau rapiin, silakan.”

Aundy mendengkus. Tidak ada bedanya, di waktu dulu atau sekarang, sama saja, kakaknya itu kadang menyebalkan. Aundy membereskan koper kedua ke dalam lemari dan segera keluar dari kamar untuk mengambil air minum.

Ia tahu, jika keluar dari kamar, risiko bertemu dengan Argan sangat besar. Mereka kembali berada dalam satu atap. Walaupun tidak memiliki hubungan apa-apa, dan Argan tidak menyadari apa pun, Aundy tetap ingin menjauhinya. Dan Aundy harap, mereka akan seterusnya seperti itu sampai akhir, sampai bisnis Ayah kembali stabil dan ia meninggalkan rumah itu, lalu … mereka kembali saling tidak mengenal.

Langkah Aundy tertahan di ruang makan saat melihat sosok Argan tengah berada di dapur, membelakanginya. Laki-laki itu tengah memegang gelas berisi air putih dan menempelkan ponsel ke telinga, terkekeh pelan, lalu berbalik.

Tatapan mereka bertemu.

“Ya udah, nanti aku telepon kamu lagi ya,” ujarnya sebelum mengucapkan kalimat terakhir yang membuat Aundy ingin melempar meja makan ke wajahnya. “Iya, I love you too.”

Aundy merasa lehernya tidak kering lagi, tapi sudah terbakar.

“Eh, Dy. Mau apa?” tanya Argan, ramah. Sebagai pemilik rumah, keluarga Tante Sarah memang terlalu ramah terhadap keluarga benalu sepertinya.

“Minum.”

Tadi sore, ketika pertama kali menemukan Aundy di rumahnya, mengetahui bahwa ia dan keluarganya yang akan menumpang, Argan sedikit terkejut. Lalu bertanya, “Kamu Audy, kan? Yang tadi siang kesiram kopi?”

Hi, Bye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang