Hi, Bye! : 4 | Terawang

47.2K 6.4K 1.6K
                                    

Hi, Bye! | [Terawang]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, Bye! | [Terawang]




Kangen tidak? :P





Spam love-nya dulu yang banyak:P





Langsung post, maaf kalau banyak typo ya. Tandain aja typo-nya. Meheh.
Happy reading.

***



"Tahu gitu gue nggak akan buru-buru jadian sama Randi." Hara mendelik, menyimpan seragam putih abu-abunya ke dalam tas karena baru saja kembali dari ruang ganti siswi bersama Aundy. "Bisa kali, lo kenalin gue sama Mas Argan."

Ajil mengernyit, heran. Cowok itu sejak tadi mendengarkan cerita Aundy tentang tempat tinggal barunya, dan menjawab rasa penasaran Hara tentang alasan kenapa Argan bisa mengantarnya ke sekolah pagi ini.

"Jadi, lo bisa kan kenalin gue sama Mas Argan?" tanya Hara.

Aundy mengatup mulutnya yang sejak tadi tanpa sadar menganga. Jadi, memang tidak ada perubahan scene yang berarti antara dulu atau pun sekarang saat Hara tahu Aundy mengenal Argan. "Putusin dulu Randi, baru gue kenalin," jawab Aundy seraya memimpin kedua temannya untuk berjalan menuju lapangan basket.

Di tengah lapangan itu, teman sekelasnya sudah berkumpul. Mereka ikut bergabung saat Pak Sandi meniup peluit, menyuruh untuk segera merapikan barisan.

Berapa lama Aundy merasa tidak mengikuti kegiatan olahraga semacam ini, ya? Matahari pukul sepuluh pagi yang begitu menyengat itu terasa asing, sampai kepalanya sedikit pusing saat pertama kali melangkah ke tengah. Atau, mungkin ini juga efek dari porsi sarapannya tadi pagi?

Hidup menumpang tidak membuatnya bebas makan, apalagi saat makan bersama dalam satu meja makan bersama keluarga Tante Sarah. Sungkan. Dan lima sendok nasi goreng tadi pagi memang sangat tidak membantunya bersemangat dalam mata pelajaran olahraga seperti sekarang ini.

Setelah melewati dua putaran lapangan untuk pemanasan, Aundy mengambil bola basket ke sisi lapangan sesuai dengan instruksi Pak Sandi. Satu lemparan pertama darinya pada Hara terasa lemah, langkahnya oleng saat berusaha kembali bergabung ke tengah lapangan, pandangannya berubah kuning kehijauan, hitam dan gelap menyusul kemudian. Dan suara benturan kepalanya ke lantai lapangan beriringan dengan jeritan panik teman-temannya.

Pandangannya masih gelap, tapi sentuhan sebuah telapak tangan di keningnya membuat Aundy perlahan membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit putih ruangan, gorden sekat ranjang, dan ranjang yang berderit saat ia sedikit bergerak.

Hi, Bye! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang