Chapter 28

8K 735 45
                                    

Mebuki tersenyum dari balik pintu. Wanita itu menarik pintu ruang kerja Sasuke yang terbuka, membiarkan kedua insan itu melepaskan segala beban dan meluruskan semua masalah ini.

Mebuki berjalan perlahan meninggalkan tempat itu. Ibu dari Sakura itu kembali ke taman tempatnya dengan Sakura tadi. Tak pernah disangkanya bahwa kehidupan keluarganya akan seperti ini. Dia menatap kuntum-kuntum mawar di depannya.

Mebuki memetik salah satu kuntum mawar yang terindah, terbesar dan tercantik. Dia memutar-mutar tangkai itu di tangannya. "Mawar melambangkan seorang wanita. Cantik dan berduri. Kau harus hati-hati jika ingin memetik kecantikannya, harus penuh kelembutan dan ketulusan. Jika kau ceroboh maka durinya akan melukaimu."

Wanita itu berdiri dan berbalik, dengan mawar yang tetap dalam genggamannya. Maniknya menyorot pada sosok Itachi yang berdiri di depannya. "Jadi menurutmu, apakah Sasuke telah memperlakukan mawar itu dengan lembut?"

Mebuki menatap mawar di genggamannya lalu menghela napas, "Awalnya, dia begitu ceroboh kepada sang mawar hingga dirinya terluka oleh duri mawar itu. Tetapi, kemudian dia memperlakukannya dengan lembut dan ketulusan, sehingga duri sang mawar tidak melukainya dan dia mendapatkan kcantikannya. Ya, dia berhasil."

Itachi berdiri tegap dengan balutan kemeja kasual berwarna hitam, senada dengan celana bahan katunnya yang juga berwarna sama. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana.

"Aku tidak mengerti dirimu."

Mebuki mengangkat pandangannya sehingga maniknya menatap wajah datar Itachi. "Kau tidak harus mengerti. Inilah wanita, kau tak akan mampu memahaminya."

Itachi menyorot datar pada Mebuki, "Ya, kalian adalah makhluk jahat. Dengan mudahnya kalian meluluh-lantahkan dunia para pria."

"Begitukah? Lalu bagaimana dengan pria?"

Itachi terdiam sejenak, "Dan kami adalah iblis itu sendiri. Kau mengerti? Baik wanita dan pria tidak ada yang lebih baik. Tidak ada konteks yang menyatakan pria lebih baik, atau wanita lebih baik. Menurutku keduanya sama-sama baik dan sama-sama jahat."

Mebuki menarik sudut bibirnya, "Sebenarnya apa tujuanmu mengatakan hal itu?"

"Aku hanya ingin tahu, apakah kau akan lebih memihak putrimu atau adikku."

Mebuki menarik senyum lagi, "Aku memihak mereka berdua."

"Kenapa? Adikku sudah mengahancurkan keluargamu. Suamimu terbunuh dan putrimu hancur, apa kau tidak membencinya?", Sebelah alis Itachi tertarik naik.

"Sebagai manusia aku sudah pasti membencinya, berharap dia mati. Tapi, apa yang kudapatkan dengan kematiannya? Tidak ada. Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku malah mendukung putriku untuk tetap bersama Sasuke. Selain karena anak yang dikandung oleh Sakura, aku bisa melihat cinta yang besar di mata Sasuke untuk putriku."

"Lalu Sakura? Apakah hanya Sasuke yang mencintainya?"

Mebuki tersenyum lagi lalu mengangkat mawar yang ada di tangannya. Wanita itu berjalan menuju Itachi dan berhenti tepat di sampingnya. Mebuki memasukkan tangkai mawar di tangannya ke dalam saku kemeja Itachi.

"Bagaiman menurutmu? Mengapa Sakura menemui adikmu?"

Dengan itu Mebuki meninggalkan tempat itu. Itachi terdiam, dia meraih kuntum mawar di sakunya.

Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik dengan lembut.

"Selamat Sasuke."

•••

Sasuke bahagia? Tentu saja. Maniknya tak lepas dari punggung Sakura yang sedang menyiapkan sarapan untuknya. Ya, hanya untuknya. Mebuki memilih untuk kembali ke rumah Sakura dulu. Wanita itu berangkat pagi sekali, sekitar subuh. Katanya dia tidak nyaman jika terus berada di Mansion Sasuke. Sebenarnya Sakura tidak setuju, dia masih merindukan ibunya dan ingin bermanja-manja pada wanita yang telah melahirkannya itu. Namun, saat Sakura mengutarakan keinginannya itu pada sang ibu, ibunya malah bilang, "Kau bisa bermanja-manja pada suamimu." Sakura hanya memutar matanya bosan saat itu.

COFFEE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang