Chapter 8

10.6K 811 28
                                    

"Wow banyak sekali! "

Sakura tersenyum menatap Yuki yang sedang melihat-lihat belanjaannya, "Aku hanya beli beberapa"

Yuki tersenyum kecil kemudian memberikan belanjaan sakura kembali, "Tuan Uchiha menginginkan kopi"

Sakura menaikkan alisnya, "Tapi, dia baru meminumnya beberapa jam yang lalu"

"Aku tidak tahu, ya sudah buat saja. Kau tidak mau dia marah, kan? "

Sakura mengangguk kemudian meminta Yuki untuk membawa barang-barang yang dia beli barusan ke dalam kamarnya.

Sakura mengeluarkan mesin pembuat kopi dari dalam lemari dan mulai membuat kopi untuk sasuke. Apakah pria ini semacam maniak kopi?
.
.
.
Sakura mengetuk pintu kayu besar di hadapannya dan memasuki ruangan sasuke setelah dia mendengar suara Sasuke yang menyuruhnya masuk.

Dengan hati-hati Sakura meletakkan segelas cairan hitam itu di atas meja. Dia mundur sedikit kemudian menundukkan kepalanya.

Keheningan melanda.

Sakura yang merasa tidak punya urusan lagi, berjalan mundur dan setelah tiga langkah gadis itu berbalik. Namun langkahnya terhenti kala lengannya ditarik dan tubuhnya di dorong ke dinding.

Sakura menahan napas saat wajah sasuke hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

"Kenapa kau bicara dengan Shimura? " suara itu dingin, dalam dan menakutkan.

Sakura menunduk takut, "A-aku tidak sengaja menabraknya da___"

"Dia menyentuhmu!! "

Sakura menutup matanya takut saat sasuke memukul dinding di samping kepalanya, "D-dia h-hanya bert-tanya soal luka di k-kepalaku... "

Manik sasuke menatap tajam pada sakura yang menatap lantai dengan tubuh yang bergetar, "Dan kau membiarkannya, hah?!! "

Sakura meremas tangannya takut, tubuhnya bergetar di kungkungan sasuke.

Pria itu menarik dagu sakura kasar dan menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu. Sakura hanya terdiam dengan manik yang terbuka dan tak berniat membalas lumatan di bibirnya.

Sasuke sadar sakura tidak membalas ciumannya. Pria itu menggigit bibir bawah sakura dan gadis itu membuka mulutnya karena kesakitan.

Sasuke menghentikan kegiatannya saat melihat darah di bibir gadis itu dan segera menyekanya kasar, "Kau milikku! Kau tidak boleh berbicara pada siapapun tanpa ijinku, terutama pada Sai. Bajingan itu menginginkan mu"

Sakura tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dia hanya menunduk, menahan rasa perih di bibirnya yang mengeluarkan darah lagi.

"Aku pemilikmu, kau harus tahu itu. Aku membelimu! "

Sakura merasa sesuatu menghantam dadanya saat itu, sesak. Tentu saja, dia dijual oleh orang tuanya kepada pria tak punya perasaan di depannya ini.

"Ya Tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi"

Sasuke beranjak dari depan sakura kemudian kembali ke tempatnya duduk tadi. Pria itu menggapai cangkir kopinya, "keluar"

•••

"kau tahu kenapa sasuke menyiksa sakura? Itu karena dia melihat dirinya di masa lalu di dalam diri sakura" Itachi memperbaiki letak ponsel di tangannya.

"Bukan berarti dia bisa melakukannya pada sakura, dia tidak tahu apa-apa. Bahkan sakura tidak mengenalnya"

Itachi menghela napas, "Dengar Naruto, aku juga tidak tahu kenapa harus sakura yang menjadi objeknya"

Terdengar helaan napas di seberang sana, "Aku tidak bisa apa-apa Naruto"

"Baiklah, terima kasih atas waktunya, sampai jumpa"

Itachi memutuskan sambungan teleponnya. Manik hitamnya menatap sendu pada pemandangan di sekitar cafe tempatnya sekarang.

Dia tidak habis pikir dengan sasuke. Biasanya adiknya itu tidak pernah sejauh ini. Kalau dia tidak suka pada seseorang, pria dingin itu akan langsung membunuhnya. Tapi, kali ini berbeda. Adiknya sudah terlalu jauh dengan gadis berambut merah muda itu.

Itachi menghela napas. Dia tidak bisa melindungi Sakura seperti yang diminta Hinata padanya. Sasuke tidak pernah seperti ini sebelumnya dan Itachi yakin akan ada sesuatu yang terjadi antara Adiknya dan gadis merah muda itu. Entah mendapat kepercayaan dari mana, tetapi Itachi sangat yakin sesutu akan terjadi.

Itachi bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan menuju kasir untuk membayar minumannya. Meskipun dia tidak menyentuh gelas berisi cairan hangat itu sedikitpun.

"Silahkan datang lagi"

Itachi tersenyum kecil kemudian berbalik,

Bruk!

"M-maafkan aku Tuan"

Itachi menatap gadis berambut hitam di depannya dengan mata terbuka dan tidak percaya.

"Izumi? "

•••

"Kau tidak akan percaya ini! Aku bertemu dengannya! "

Ino membuka mantel yang dikenakan oleh Sai dan menggantungnya di gantungan dekat pintu, "Siapa? "

Sai mendudukkan tubuhnya di kursi miliknya, "Gadis yang ada di Mansion sasuke waktu itu"

"Gadis berambut merah muda itu?" Ino merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja Sai.

"Iya, aku bertemu dengannya tadi"

"Kenapa kau sesemangat itu? Kau menyukainya ya? " Ino berdiri di belakang Sai dan mulai memijat pundak pria itu.

Sai memejamkan matanya, menikmati pijatan Ino di pundaknya, "Aku tidak tahu"

Ino sedikit menekan pundak Sai, "Kurasa kau jatuh cinta padanya pada pandangan pertama "

Sai membuka matanya perlahan, "Cinta tidak pantas dirasakan oleh orang-orang seperti kita Ino"

Ino melanjutkan pijatannya, "Kau benar, kita tidak berhak merasakannya"

Sai kembali memejamkan matanya sementara Ino melanjutkan pijatannya.

Gadis itu tersenyum sedih, dia tahu pria di depannya ini pasti menyukai gadis merah muda itu. Ino tahu itu dan dia merasa kecewa.

Sai tidak menyadari perasaan Ino padanya dan Ino tahu betul posisinya saat ini. Mereka hanyalah rekan bisnis yang mungkin setelah kontrak kerja selesai, mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

Ino tahu betul, seharusnya dia tidak memendam perasaan seperti ini pada Sai. Namun, apa yang dia bisa lakukan saat rasa itu datang padanya? Membunuhnya? Sudah pernah Ino lakukan. Tetapi perasaan itu bertumbuh semakin besar dan bukannya menghilang.

Kegiatan Ino terhenti saat tangan Sai menuntunnya ke pangkuan pria itu.
Ino bisa merasakan tangan Sai menjelajahi tubuhnya, "Puaskan aku"

Ino menghela napas sebelum menggoyangkan pinggulnya di atas Sai.

Dan selanjutnya yang terdengar hanyalah desahan dan suara kulit yang saling bergesekan.



To be continue

COFFEE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang