Kepala Sakura terasa sakit dan pening saat dia mencoba membuka matanya. Pandangannya sangat buram dan keadaannya tidak membantu sama sekali. Sekali lagi, Sakura menutup pelan matanya dan membukanya perlahan kemudian, hanya untuk bertemu seberkas cahaya terang yang membuat maniknya menyipit dan keningnya mengkerut.
Rasa sakit menyerangnya saat mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Manik hijaunya bergulir menatap tubuhnya yang terikat pada sebuah kursi. Saat ia mencoba menggerakkan tubuh untuk mencari celah, permukaan kasar tali itu menggesek kulitnya dan menimbulkan rasa perih yang menusuk serta warna merah pada kulitnya.
Keadaannya sangat menyedihkan. Gaun biru mudanya terlihat kotor dan robek di sana-sini, kulitnya terlihat memiliki beberapa bekas luka dengan darah yang hampir mengering serta beberapa bercak tanah berwarna cokelat yang menambah buruk penampilannya. Rambutnya acak-acakan karena jambakan pria gila yang menculiknya dan jangan lupakan bibirnya yang robek.
Sakura mendesis perih saat ujung lidahnya menyentuh sudut bibir bawahnya yang robek.
"Tuan putri sudah bangun?"
Sakura menatap tajam pada sosok pria bersurai merah di ujung sana. "Sasori."
"Hahahahaha. Ternyata kau masih mengingatku? Mantan, ahh, kita kan tidak pernah putus." Sebuah seringai menjijikkan menurut Sakura terukir pada bibir pria itu.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Sakura dengan nada datar.
Pria itu berjalan mendekat ke arah Sakura dengan seorang wanita di sampingnya. Sakura bahkan baru menyadari kehadiran wanita itu. Wajahnya tampak tak asing. Sakura mengeryit mencoba mengais memori yang bisa menjawab rasa penasarannya.
"Tidak ku sangka, menjadi Nyonya Uchiha membuatmu begitu sombong."
Sakura menatap datar pada Sasori yang kini berjongkok di hadapannya. Pria itu menopang wajahnya menggunakan kedua tangan yang di tumpukan pada pangkuan Sakura. Manik cokelat cerah itu menantang manik hijau indah Sakura. "Aku ingin suamimu."
Keheningan melanda ruangan itu. Raut wajah Sasori berubah datar sedangkan wajah Sakura terlihat bingung.
"Ahh, sudah berapa usianya?" Tangan itu menyentuh perut Sakura yang agak membuncit.
"Jangan sentuh." Desis Sakura dingin saat tangan Sasori mulai mencengkram perutnya.
Sudut bibir Sasori terangkat, "Aku akan membunuh anak sialan ini." Cengkraman itu semakin kuat.
Sakura mengkerutkan keningnya menahan rasa sakit, "Katakan apa maumu dan jangan sentuh anakku."
Sasori memandang wajah kesakitan Sakura, "Kubilang aku ingin suamimu."
Sialan, apa orang gila ini gay? Sakura menatap dingin pada Sasori. "Ambil saja kalau kau mampu."
"Hahahaha, jalang kecil ini sangat berani. Bagaimana menurutmu Yuki?"
Pandangan Sakura segera beralih pada wanita dengan make up tebal di samping Sasori, "Yuki?!"
"Halo Sakura."
Rasa amarah tiba-tiba membuncah dari dada Sakura saat suara itu memasuki gendang telinganya. "Brengsek!"
Manik hijau milik wanita merah muda itu memaku tajam pada wanita yang tersenyum remeh di depannya.
"Pertemuan yang menyenangkan, bukan? Kau pasti tidak menyangkanya."
Sasori berdiri serta memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kain yang digunakannya, "Mari kita lihat berapa hargamu di pasaran, Nyonya Uchiha."
"Apa maksudmu?"
Sasori tersenyum mengejek, "Bawa dia!"
Sakura memberontak saat dua orang pria memasuki ruangan dan mulai membuka ikatannya dari kursi tempatnya duduk. Kedua pria itu mencengkram kuat kedua lengan Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE √
Romance(2) *End* A sasusaku fanfiction 18+ Sakura dijual kedua orang tuanya kepada seorang bos mafia terbesar di jepang untuk melunasi utang mereka. Sasuke uchiha, bos mafia yang kejam dan tidak punya hati, berencana untuk menjual sakura sebagai pelacur...