Chapter 31

9K 754 93
                                    

Gelap adalah kesan pertama yang Sakura simpulkan saat kakinya berpijak pada lantai lusuh itu. Manik hijaunya menelusuri ruangan yang tampak besar namun kosong yang dimasukinya bersama Sasori. Sebenarnya tidak sepenuhnya kosong, ada sebuah tempat tidur dengan bed cover berwarna putih di tengah. Hanya ada satu sumber cahaya, yaitu cahaya yang berasal dari langit-langit.

Sakura meringis saat tangan Sasori melemparkannya ke tempat tidur. Keadaan Sakura yang terikat mempersulit wanita itu untuk bergerak. Dia berusaha menggeliat untuk mengubah posisi wajahnya yang menghadap kasur.

"Hah, Sasuke itu sesuatu sekali ya." Sasori berucap sambil melonggarkan dasinya. Pria itu mengambil tempat pada salah satu sisi tempat tidur.

"Bagaimana menurutmu, Sakura?"

Sakura tak menjawab. Saat ini posisinya sudah terduduk di atas ranjang dengan manik yang menatap tajam pada sang surai merah. Melihat hal itu Sasori hanya terkekeh sinis, "Bagaimana kalau kita mengulang kejadian beberapa tahun lalu?"

"Bajingan... " Sakura mendesis dingin sambil mengalihkan wajahnya.

Sasori terkekeh kemudian menatap langit-langit ruangan itu, "Tenang saja, aku tidak berminat padamu. Aku lebih berminat dengan suamimu."

Sakura memutar mata kesal, "Sialan, apa kau Gay?!"

Manik cerah Sasori beralih memandang Sakura yang memasang ekspresi kaku. "Bagaimana ya, hahahaha... Masalahnya aku hanya menyukai Sasuke saja."

Sakura menaikkan sebelah alisnya. Dia tak habis pikir dengan pria yang pernah menjadi bagian hidupnya dulu ini. Apa-apaan? Menyukai Sasuke?

"Lalu kenapa kau melakukan hal 'itu' padaku?"

"Hanya penasaran bagaimana rasanya membobol seorang wanita. Ternyata tak senikmat ketika dimasuki."

"Cih!"

Sasori memasang wajah datar sedangkan Sakura berusaha menahan amarahnya. Penasaran katanya?

"Berengsek. Jika kau adalah Gay, seharusnya kau pergi ke bar dan menggoda para pria belok di sana, bukan denganku sialan!" Wajah Sakura memerah dengan napas yang memburu. Jantungnya berdetak kencang karena luapan emosinya.

"Sudah kubilang aku ingin melakukannya dengan wanita." Ujar Sasori santai sambil menyelipkan sebatang rokok di bibirnya.

"Ada begitu banyak wanita yang bisa kau coba, KENAPA HARUS AKU!?" Mata Sakura melotot dengan badan yang agak condong ke arah depan.

"Hey tenanglah, tenggorokanmu pasti sakit."

"Apa pedulimu berengsek! Kenapa kau harus menghancurkan hidupku? Taukah kau aku hampir bunuh diri saat itu?!"

Sasori tersenyum miring, "Apa peduliku? Ahh seharusnya kau bunuh diri waktu itu, jadi Sasuke tidak akan jatuh cinta padamu dan kau tidak akan mati di tanganku."

Manik Sakura membulat, suaranya tercekat. Ada banyak hal yang ingin ia lontarkan namun semuanya tertelan kembali saat mendengar kata-kata Sasori.

Kepala merah mudanya yang tampak berantakan menunduk, "Apa salahku? Apa yang ku lakukan padamu hingga kau seperti ini padaku?"

Sasori menghisap kumpulan bahan kimia berbahaya yang bernama rokok yang telah ia bakar ujungnya. Kemudian pria itu menghembuskan asap berwarna putih hasil dari pembakaran di ujung benda berwarna putih itu. Bau rokok menyebar ke seluruh ruangan bersamaan dengan asap berwarna putih.

"Salahmu hanya satu, kau dicintai oleh orang yang ku cintai."

Sakura terisak pelan dengan kepala yang tetap tertunduk, "Kau pikir... Aku mau di cintai olehnya? Kau pikir aku yang menyuruhnya mencintaiku?"

COFFEE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang