TaTo in LOVE

285 27 43
                                    

"Kenapa Ta...?"

"Apanya yang kenapa, To?"

"Besok aku ijab kabul, Ta..."

"... Lalu?"

"Aku ikut kamu ya, Ta?! Hidup menggembel pun aku rela, Ta. Asalkan aku bisa terus bersama kamu, Ta."

"Gak boleh gitu To. Kasian calon istrimu. Kasian kedua orang tuamu."

"Tapi kamu gak kasian denganku, Ta."

"Kasihanilah aku To... Aku gak mau hidup dibawah hujatan orang tuamu dan keluarga... dari calon istrimu..."

"Ayolah Ta... Ajak aku ke Bali bersamamu, Ta. Aku mohon... Kemanapun kamu pergi, aku akan ikut denganmu."

"... ..."

"Ya, Ta?"

"Aku ngantuk. Mau tidur."

"Aku tidur disini ya, Ta. Aku kangen tidur meluk kamu..."

"... ..."

"Baiklah... Besok aku nikah. Aku ijab kabul. Tapi... Kamu harus datang!"

"Udahlah. Besok kamu pulang. Ijab kabul. Dan besok...aku pasti sudah ada di tengah-tengah acara resepsi pernikahan kamu, To. Sambil membawa piring berisikan nasi dan lauk pauknya."

"Artinya malam ini aku boleh tidur disini?"

"Iya."

"Meluk kamu!"

"Iya, Toto!!"

"Makasih Tata..."

"Kembali kasih Toto."

☕☕☕☕☕☕


Pagi itu, jam enam pagi, aku duduk bersembunyi di dekat tangga pada lantai dua. Membuat sebuah suara-suara aneh untuk menakut-nakuti siapa pun yang melintas memasuki gerbang. Korban pertamaku adalah kamu. Aku tak tahu siapa namamu. Tapi aku yakin, kamu adalah kakak kelasku. Karena di sekolah kita, memang memiliki perbedaan warna pada seragam. Kecuali hari Senin dan Selasa.

Kulihat kamu melangkah naik ke lantai dua. Kukira kamu akan memarahiku. Tapi saat kamu telah sampai di lantai dua, dan kita saling bertukar pandang, kamu malah melempar senyum padaku. Sementara aku merespon dengan membuang muka. Kembali menatap kearah gerbang dibalik persembunyianku. Membuat suara-suara aneh. Dan terkikik geli saat seorang cewek terpekik latah dan lari tunggang langgang. Sementara kamu, entah sudah pergi kemana.

Pagi itu, kukira kamu adalah seorang, atau sebuah, atau entahlah, yang beraroma hantu. Karena tak kudengar langkahmu yang pergi.

Di pagi hari seminggu berikutnya. Aku kembali melakukan hal yang sama. Karena kalau aku melakukan hal konyol seperti itu setiap pagi, hilang sudah sensasi menyeramkannya. Di pagi hari itu pula, aku adalah orang yang pertama datang ke sekolah. Dan kamu adalah orang kedua yang datang setelahku.

Lalu kamu kembali menghampiriku. Menarik sebuah kursi. Meletakannya tepat di belakangku. Aku terlonjak saat jarimu menyentuh tengkukku. Dan aku secara refleks, nyaris menyikut wajahmu.

"Kamu kelas berapa?"

"...satu."

"Aku kelas dua."

"... ..." Aku diam. Tak merespon.

Karena aku sudah tahu kamu kelas dua. Bahkan aku tahu kamu duduk di kursi kedua dekat pintu kelas. Tepatnya di bawah kipas angin. Sayangnya, saat aku tak sengaja melihatmu, dirimu sedang sibuk menikmati hembusan angin dengan mata terpejam.

TATO in L.O.V.E. {OneShot}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang