Sesampainya di kelas Nesya sudah di hadiahi banyak sekali umpatan kesal dari Raquel karena tindakan Alex yang keterlaluan. Berulang kali Nesya mengatakan 'tidak apa-apa' tapi ya namanya juga Raquel yang keras kepala sejak zigot agaknya.
"Nesya lo tuh gak seharusnya diem aja. Yang bilang traktir itu kan si bocah tengil, ngapain pula Lo yang bayar?" Raquel geram sekali.
"Udah gapapa Ra."
"Siapa yang lo bilang bocah tengih hah?!" Tanya Alex sedikit membentak.
"Lo lah! Siapa lagi?" Tantang Raquel.
"Lo kebanyakan bacot!"
"Seenggaknya gue gak bikin orang lain ribet karena tingkah gak jelas Lo!"
"Lo tuh siapa sok ngatur gue?"
"Gue sahabatnya Nesya dan orang yang nyakitin dia perlu berurusan sama gue!"
"Tch drama."
" APA MAKSUD LO HAH?"
Sudah cukup.
Nesya yang sedari tadi hanya diam sekarang jengah juga. Sahabatnya ini memang sedang membelanya. Tapi, untuk apa sih mempeributkan hal sepele?
"Sudah Ra, jangan memperpanjang masalah sepele. Oke?" Lerai Nesya.
"Dih apaan Lo? Sok baik bener! Dasar cewek muna!" Bentak Alex.
Oke sekarang cukup dan lebih dari keterlaluan. Nesya menunduk merasakan matanya yang memanas. Dia ingin berlari, tapi sebelum itu dia angkat bicara.
"Hei Alex, Nesya ga bakal marah kok. Emang Nesya ini muna sama kayak yang Alex bilang. Makasih udah ngingetin julukan itu lagi. Sekali lagi makasih!"
Nesya berlari sekencang mungkin tak tahu arah. Masa bodo dengan banyak yang melihatnya dengan kerutan di dahi. Yang terpenting sekarang dia ingin berlari seraya melupakan ingatan itu.
Berlari tanpa arah.
Dan pada akhirnya langkah kakinya terhenti karena menubruk dada bidang seseorang. Memperhatikan sejenak , ternyata ini teman sekelasnya. Tion!"Eh Nesya Lo kenapa?" Tanya Tion mengangkat dagu Nesya agar dapat melakukan kontak mata.
"Gapapa kok , Nesya gapapa." Dia tersenyum yang siapapun juga tahu itu senyum kebohongan.
"Gapapa gimana? Mata lo gak bisa bohong sama gue sya." Ujarnya pelan.
"Iya."
"Kalo ada masalah apa-apa cerita sama gue ya! Gue selalu ada buat lo kok." Suaranya turun satu oktaf nyaris tak terdengar.
"Emangnya kamu siapa?" Nesya mengernyit bingung.
"Hah?"
"Maksud Nesya emang kamu siapa yang berhak tahu tentang kehidupan aku? Tion bukan siapa siapa untuk tahu semuanya. Sorry Nesya gak suka ada yang ngusik walau itu Tion sekalipun!"
Nesya meninggalkan Tion, dia benci teramat benci untuk orang-orang baru yang terlalu ingin tahu kehidupannya. Untuk apa? Mereka hanya ingin tahu, bukan membantu.
Nesya, berhenti saat melihat sebuah taman sederhana dengan dekorasi seadanya. Tapi saat mendekat ke arah sana, tubuhnya mulai merasa nyaman. Tak perlu tempat bernuansa mewah ria jika tempat sederhana bisa memberi makna.
Nesya berdiam diri dengan fikiran yang berkelana ntah kemana. Memikirkan tentang masa lalu yang menghantuinya. Nesya benar-benar putus asa.
Sesaat kemudian seorang datang dan menepuk bahunya.
"Hei lo kenapa?" Tanya seorang pria yang berada tepat di belakang Nesya.
"Enggak papa kak." Jawab Nesya kepada pria yang bisa di pastikan kakak kelas OSIS terlihat jelas dari jas OSIS yang di kenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deepest Side
RandomSelamat membaca, bahagia, sedih, kecewa dan tertawa. Karena Nesya akan mengajarkan banyak hal kepada kita Terutama sisi terdalamnya. Salam manis Yaya.