"Lo bener-bener gak nyerminin sebagai saudara kembar. Bisa-bisanya lo ngelakuin hal itu ke gue, hah??" Nella memulai tangisnya.h
"lebih nggak nyerminin mana sama kamu?merampas naskah saya? Membudakkan saya? Tolong introspeksi, kamu cuman bisa menghina tanpa tahu caranya berkaca." Cerca Nesya sambil bangkit.
Kali ini, nyalinya nggak sekecil yang dulu. Dia tidak akan mempertahankan rasa sakitnya dan berpura-pura bahagia jika yang di senangkan hanya membuat sakitnya makin menjadi.
"BERANI KAMU MEMBENTAK ANAK SAYA?" kali ini suara ayah tidak lagi hanya nada membentak, tapi dia memang membentak.
"Iya! Kenapa? Anda menyesal mempunyai anak seperti saya? Sang pembangkang yang tidak bisa apa-apa? Si buruk rupa yang pantasnya menjadi budak anda? Kenapa lagi? Anda merasa menyesal? Perlu anda ketahui saya bahkan tidak meminta di lahirkan ke dunia dari rahim ibu seperti dia!!" Tangan Nesya menunjuk ke arah mami, dengan bahu gemetar dan air mata mengalir.
Jujur saja, dia tidak ingin melakukan ini. Membangkang bahkan membentak orangtuanya. Tapi apa mereka pantas di sebut orangtua?
Bahkan ketika Nesya sakit waktu itu saja mereka justru liburan ke Eropa. Nesya di rawat 15 hari tanpa ada satupun yang mengetahui. Sebenarnya ada, tapi keluarganya tak cukup peduli.
Mami yang merasa di tunjuk hanya tersenyum meremehkan. Seolah Nesya salah melakukan penuduhan kepada dirinya.
"Hei? Anak saya? Lahir dari saya? Anda seharusnya berkaca dahulu sebelum berbicara! Anda hanya anak pungut untuk menutupi kematian saudara kembar Nella yang sesungguhnya. Berhentilah bermimpi, jika tidak karena terpaksa saya tak pernah mau membesarkan anda!" Tawa mami pecah seolah perkataannya hanya candaan.
Nesya mati kutu. Tak tahu harus apa setelah mendengar fakta menyedihkan tentang dirinya. Jika aku hanya anak pungut mengapa mereka membesarkanku dengan penuh kebencian? Kenapa tidak bunuh saja aku?
"Tapi kenap.." Nesya belum selesai berbicara namun sudah di sambung oleh sang ayah.
"Kenapa? Kenapa saya membesarkan anak seperti anda? Tak tahu di untung! Ayah kamu sudah membunuh adik saya!! Saya merawat anda disini hanya untuk membuat keluarga Faridanto hancur!?!" Sorot mata ayah terlihat sangat marah, nafasnya memburu seolah ingin menerkam Nesya.
"Dan berhubung anda sudah tahu alasan selama ini saya membiarkan Anda hidup, saya fikir tidak perlu banyak waktu untuk anda tahu diri dan meninggalkan rumah kami!! Apa perlu di antarkan tuan putri?" Mami menimpali dengan nada mengejek.
"Nggak perlu, makasih!!" Nesya hanya merespon demikian.
Nesya berlari menuju kamarnya, untung firasatnya tepat sasaran. Walau nggak sepenuhnya benar karena dia tidak menyangka keluarga yang selama ini di sekitarnya hanya orang asing yang menyimpan dendam.
Lantas dimana keluarganya yang sesungguhnya? Siapa ibunya? Siapa ayahnya? Apa mereka akan mengenalinya?
Tanpa banyak basa-basi dia menyeret koper dan tas ransel berisi baju-baju dan peralatan pribadinya. Dia kembali turun menyorot mereka semua dengan tatapan pedih.
"Maafin Nesya buat semuanya. Nesya nggak tahu diri masih membangkang bahkan ke orang yang masih biarin Nesya bernafas sampai saat ini...
Tapi tolong, kasih tahu Nesya dimana keluarga Nesya yang sesungguhnya..
Dimanaaa.." ucapannya belum selesai lagi lagi kembali di potong."Heh mami ngerawat Lo cuman karena nggak mau sampe grandma marah, ini semua demi warisan yang beliau janjikan. Jadi jangan ge-er Lo!!" Tungkas Nella.
Mendengar kembali fakta mengejutkan itu membuatnya malas berurusan dengan nenek lampir satu ini. Makin lama makin buat sakit hati.
"Nesya pamit assalamualaikum!" Serunya melewati kedua orangtuanya itu.
Ralat, kedua orang tua angkatnya. Lebih tepatnya yang memanfaatkannya untuk ajang balas dendam.
Nesya keluar dari rumah itu mencari angkot. Sebenarnya ada taksi namun dia lebih memilih angkot, hemat biaya.
Mobil itu berhenti di pekarangan gang ketiga no 27. Terdapat gang sempit yang hanya dapat di lewati pejalan kaki. Al hasil Nesya melanjutkan perjalanannya dengan kaki tangguhnya.
Sampai di rumah minimalis itu, dia langsung mengambil kunci kost-an nya di bawah keset welcome.
Saat membungkuk ingin mengambil kunci, tiba-tiba tangan kekar melingkari lehernya. Membekapnya dari belakang dengan sarung tangan yang sudah mengandung bius.
"TOLONGGG!!" Nesya berteriak dengan nada yang tidak jelas karena bekapan dari orang itu.
Sampai ketika tubuh Nesya melemah, dan lunglai tak berdaya. Efek obatnya sudah bekerja. Sang penculik merengkuh gadis itu dan membawanya pergi dengan mobil hitam.
💫
Ketika membuka matanya, Nesya melihat sekelilingnya. Banyak barang tak berguna memenuhi ruangan ini. Debu ada dimana-mana.Namun yang membuatnya makin kesal adalah kedua kakinya yang di ikat dengan bangku yang saat ini dia duduki. Kedua tangannya di ikat kebelakang dan sapu tangan sialan itu memenuhi mulutnya.
Sial, jadi begini rasanya di culik?
Dahulu sekali, Nesya memang ingin merasakan rasanya di culik lalu melawan penjahat yang menculiknya. Namun kan, itu impiannya di masa SMP, dan di culiknya bareng sahabat.
Nggak sendirian kayak gini!!
"Lo nggak perlu khawatir dia di dalem aman, ada boy yang jagain di luar." Suara itu terdengar di telinga Nesya.
"Eh mereka nih siapa sih nggak seru banget masa aku di culik sendirian gini!" Pikiran konyolnya merutuk dalam hati.
Dengan berusaha memuntahkan sapu tangan sialan itu, berulang kali rasanya sulit sekali. Tapi di percobaannya yang ke-11 akhirnya berhasil.
"HUAAA AKHIRNYA BISA!! SIAPAPUN YANG DI LUAR BANTUIN NESYA DONG!!" Nesya berteriak!
"HEI BUKAIN DONG NANTI DAPAT GIVE AWAY NOVEL BUATAN NESYA DEH SAMA TANDA TANGAN SEKALIAN!!"
BUGH!
Nesya terperanjat kaget. Mendengar suara pukulan dan badan manusia yang terpental. Setidaknya itu yang terfikirkan, kalau salah, urusan belakang.
Nesya menerka-nerka siapa disana yang berkelahi? Apa salah satunya akan membantunya keluar dari sini? Berarti dia harus memberikan novel karyanya cuma-cuma?
"Loh kok berhenti suaranya?" Nesya bermonolog lagi.
"Yah apa tadi yang mau nolongin nggak jadi karena give away nya novel belum best seller? Ihh, apaaan deh buat di terbitin aja Nesya dah seneng masih nggak bersyukur minta yang best seller! Dasar nyebelin!!" Nesya malah sibuk mengumpat.
Eh?
Tiba-tiba knop pintu bergerak-gerak seperti ada yang mengotak-atik. Nesya memicingkan matanya, ini serius kan?
Ceklek
Pintu terbuka muncul seorang pria yang sepertinya seumurannya. Meneliti lebih lanjut, pria itu membuka masker dan kupluk jaketnya.
"Masih di culik aja lo bawel, nggak ngerti lagi gue!" Tuding orang itu menampilkan wajahnya.
"Loh kok?"
Lanjut jangan?
Hayooo siapa disini yang punya mimpi di culik tapi barengan sama temen?
Yang merasa hayuk merapat!Jangan jadi silent readers dong, bantu semangatin aku lanjutin cerita ini ya!!
Vote dan comment
12 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Deepest Side
RandomSelamat membaca, bahagia, sedih, kecewa dan tertawa. Karena Nesya akan mengajarkan banyak hal kepada kita Terutama sisi terdalamnya. Salam manis Yaya.