sembilan

78 43 19
                                    

"menjauh Lo dari Nesya gue!"

Teriakan itu ternyata berasal dari pria tampan menggunakan jas OSIS. Dia mendekat dengan sorot mata yang tidak bersahabat.

"Cukup, gue udah enek sama tingkah Lo! Semua cewek yang di dekat gue selalu lo perlakuin kayak gini!" Arka menghembuskan nafasnya kasar lantas kembali berbicara.

"Gue masa bodo buat lo ngeganggu mereka yang ngejer gue, gue justru berterimakasih. Tapi makin di diemin Lo makin ngelunjak!"

"Gue ngelakuin ini karena lo cuman punya gue! Nggak boleh ada orang lain yang rebut Lo apalagi bocah tengil ini!" Sandra tak mau kalah.

"Siapa yang Lo bilang tengil hah? Nesya lebih terhormat daripada cabe kayak Lo! Gue peringatin sekali lagi, dia Nesya gue! Milik gue. Jangan pernah lo ganggu dia!" Arka berniat melanjutkan namun Nesya kembali berbicara.

"Aduh kak daritadi ngomongin apasih? Nesya abis download anime baru nih mumpung WiFi lancar!!" Nesya tersenyum sumringah.

"Lo masih bisa ngelucu disaat gue hampir bunuh anak orang?" Arka bertanya.

"Loh emang mau bunuh siapa?"

"Mau bunuh gue!! Heh kampungan lo bisa lupa sekitar karena ada WiFi? Kita orang dari ngomong lo anggap apa? Hah?" Sandra ikut berbicara.

"Aku anggap setan aja sih, hehe." Setelah mengucapkan itu Nesya justru bangkit dari kursi hasil tikungannya dengan Sandra dan pergi tanpa pamit.

"Sebenarnya gue nih ngapain sih? Kok kayak orang bego?" Arka berbicara sendiri ketika melihat Sandra ikut meninggalkannya.

         *****
Sesampainya di rumah Arka langsung menyalami ibunya. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat anaknya tumbuh dewasa.

"Assalamualaikum ibu, Arka pulang." Teriaknya kepada sang ibu yang berada di dapur.

"Waalaikumsalam, cepat ganti baju lalu makan siang kemari nak." Sahut ibu.

Wanita itu orang yang sangat Arka sayangi. mengurusnya sejak usia dua tahun sendirian tanpa sosok ayah, membuatnya menjadi pria tangguh .

Paras tampannya menurun dari sang ayah, begitu kata ibu. Namun sampai usianya yang ke-17 pun dia tidak pernah mengetahui siapa ayahnya. Foto bahkan namanya seakan haram untuk ia ketahui.

Walau dirinya yang terlihat bijaksana di sekolah jangan salahkan jika dia pun mempunyai rasa penasaran terhadap sosok  sang ayah.

Dia terlalu krisis identitas dan ibunya pun enggan memberitahu hal itu.

Sebelum beranjak ke meja makan untuk memenuhi panggilan ibu, Arka terlebih dahulu mengecek handphone nya. Terdapat notifikasi yang membuatnya tersenyum.

Nesya Farida
Kak makasih buat tadi, sorry pulang duluan kayak gak sopan.

Begitu isi pesan dari adik kelasnya itu. Padahal baru saja dirinya mengumpat karena merasa bodoh membela adik kelas menyebalkan ini. Namun nggak jadi lah.

Arka fredian
Iya selow aja. Gue heran ni, itu tadi Lo beneran download anime? Di kala gue udah mau bunuh Sandra buat belain Lo?

Arka jelas heran gimana bisa dikala ada adu mulut dan kasusnya karena dia dan sang pelaku justru download anime?

Nesya Farida
Hehehe, WiFi nya lancar sayang
Untuk di sia-siakan.

Deepest Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang