Solid

37 9 1
                                    

"Woy SETAN, biasa aja dong", ucap cowok berpakaian preman namun bego.

"Rud lo kenapa?", tanya Alfan heran. Dia bingung dari tadi perasaan Alfan sama Arkan diem-diem aja gak ada masalah sama si Rudi dan gengnya.

"Gak usah banyak bacot lo".

"Ini si Iblis kenapa sih?", tanya Arkan yang heran juga sama kelakuan si Rudi.

"Gatau Kan, mending cabut aja kuy", ajak Alfan sambil berdiri dari tempat duduknya. Ketika mau pergi meninggalkan Kedai, hoddie Alfan di robek pakai spion.

"Ini maksudnya apaan ya Rud?", Rudi masih anak sekolah sepantaran dengan Alfan namun kelakuannya kayak preman kampung.

"Gak usah banyak bacot lo, lo sukan kan sama si Bella?", pertanyaan itu membuat Alfan kaget dan sekaligus bingung karena sebelumnya dia belum pernah kenal sama Bella bahkan tau aja enggak.

"Ini preman bego atau lagi mabok sih, Bella siapa sih kuya kenal juga enggak", batin Alfan.

"Sini lo Setan", kata-kata nya kasar tidak patut ditiru, gak ada gitu preman yang baik kalau ngomong gak kasar.

"Btw gue bukan setan Rud".

Amarah Rudi semakin menjadi-jadi, pasukannya sudah berdiri tegap di belakang si pemimpin membawa senjata tajam seperi gunting kuku, sisir dan spion.

"Fan gimana dong kita cuman berdua", Arkan ketakutan karena sebelumnya dia belum pernah berhadapan sama orang sebanyak ini, senakal-nakalnya Arkan dia paling cuman pukul kepala guru pake sapu. "Huekkkkk, Fan gue takut", sambil menggandeng tangan Alfan.

"Berisik lo Kan, gua makin takut juga kampret".

"Serangggggggggg", teriak si pemimpin.

"Kan buruan cabut", mereka berdua lari sekenceng-kencengnya dengan posisi Arkan digendong Alfan, belokan demi belokan mereka lalui, tanjakan demi tanjakan mereka terjang, dan sampai akhirnya mereka lelah dan berakhir di jalan buntu.

"Mamah tolong mamah", teriak Arkan. "Arkan gak mau mati dulu, Fan gua sayang sama lo, lo udah gua anggap saudara sendiri maafin gue kalau gue ada salah, please maafin gue", sambil meraung-raung.

"Bajingan gay lu, jangan berisik napa sih gua lagi mikir nih", bentak Alfan.

2 orang datang dari arah selatan membawa belambir pemadam kebakaran.

"Hey Iblis, liat sini" , ucap Dika sambil menyiapkan belambir untuk di sebrot.

Semua pasukan si Rudi noleh ke arah Dika.

"Satu,dua, senyum", belambir itu langsung disebrot ke arah pasukan si Rudi, sontak mereka langsung basah kuyup dan berlarian kesana kemari dan tertawa.

Bukannya menyerah pasukan si Rudi malah makin ngamuk, kali ini mereka menyerang ke arah Dika dan Izzan.

"Dik gimna ini".

"Yaudah kita gas aja mobilnya tapi mereka tetep disebrot", dengan Arkan dan Alfan yang masih berlari ke arah mobil. "Buruan coeg", teriak Dika.

Alfan dan Arkan belari dengan sepatu supernya, dengan pasukan Rudi yang masih mengejar di belakangnya, sampai pada akhirnya Kulen berhasil lari dari kejaran pasukan si Rudi.

"Kok kalian berdua bisa dikejar-kejar sih", tanya Dika heran.

"Mana gue tau Dik, si Rudi sama pasukannya tiba-tiba nyerang gue sama si Alfan", jawab Arkan dengan nafas yang tidak teratur.

"Dia mabok kali", cetus Izzan dengan pandangan yang masih fokus ke depan mengendarai mobil pemadam kebakaran.

Btw, mobil pemadam kebakaran yang di bawa Izzan sama Dika itu mobil ayahnya Dika, mereka berdua pinjem buat nolongin Alfan dan Arkan yang lagi kesusahan diserang pasukan iblis.

Sampai lah mereka dirumah Dika, sekalian istirahat dan ngembaliin mobil yang dipinjam tadi. Mereka mandi keringat baju mereka basah semua sama keringat.

Duduk dikursi merebahkan badan "Kalian berdua kenapa bisa di kejar-kejar sama si Rudi sih?", membuka percakapan.

"Kita juga gak tau bambang, tiba-tiba mereka ngejar kita berdua", jawab Arkan.

Tok tok

Mereka menoleh ke arah pintu "Tadi ada yang manggil bambang siapa ya?

Anjir.

Itu ayahnya Dika, mampus sudah nasib Arkan.

Dengan muka tegang "Oh itu pak, bambang temen saya bukan bambang bapak", tersenyum kikuk.

Sementara itu ayahnya Dika meninggalkan kamar,mengehala nafas kasar"Huft, hampir aja".

Semua ngakak lihat ekspresi Arkan yang begitu tegang.

"Masa tanpa sebab sih, aneh banget", ucap Izzan bingung, gak mungkin banget kalau gak ada sebabnya.

Beranjak dari tempat duduk dan begeser ke tempat tidur, merebahkan diri dan menatap langit-langit "Oh iya, lo tau Bella gak?".

"Bella?, oh Bella Hadid?", menatap tak percaya Alfan "Lo tadi ketemu, gila beruntung banget lo".

Alfan membiarkan Izzan yang terus nge-bacot gak jelas "Berisik, bukan itu tai, Bella sekolah kita!, gue gak tau sama sekali dan waktu itu Rudi ngejar kita berdua gara-gara si Bella itu".

Dan percakapan mereka berakhir saat Bambang ayahnya Dika ngorok kenceng banget sampai menganggu obrolan mereka.

■■■

Sialan gue telat.

Alfan langsung beranjak dari tempat tidur nya langsung pergi ke kamar mandi, terus pakai baju, gak lupa topi, almamater, parfum dan hoodie, setelah siap semua perutnya terasa mules dan itu pertanda dia pengen berak

Taikk banget anjing! berak gak tau waktu.

Alfan pun memutuskan untuk berak terlebih dahulu daripada dia kecipirit disekolah waktu upacara kan malu, mending telat daripada kecipirit di celana. Setelah berak dia langsung berangkat, mana dia berangkat naik angkot lagi. Di angkot ada banyak ayam lagi.

Tai banget anjir.

Alfan sampai di depan gerbang sekolah dan langsung manjat lewat pager, gak peduli abang satpam teriak-teriak yang penting masih ada waktu 5 menit lagi buat baris upacara.

Syukurlah upacara belum mulai, eh kok pada bubar anjing. Anjir udah beres ternyata aduhh Alfan menepuk jidatnya kasar.

"Lo telat ya?", Arkan datang menghampiri Alfan dan Alfan hanya mengangguk.

"Kok lo bisa telat sih,ini gue baru pertama kalinya liat lo telat kayak gini. Oh gue tau lo mau jadi Fakboy kan? ngaku lo anjir", Alfan memutar bola mata malas langsung meninggalkan Arkan yang masih nge-bacot dari tadi.

"Alfan". Alfan menoleh dan langsung bergegas pergi.

"Itu siapa Fan?", tanya Arkan mulai kepo.

"Siapa aja boleh", Arkan langsung mengambil kesimpulan "Ah gue tau, dia pacar lo kan?", Alfan menghiraukan pertanyaan Arkan dan langsung memasang earphone mendengarkan musik dengan volume full.

Arkan masih bertanya-tanya pada diri sendiri cewek tadi siapa nya Alfan ya? kok dia gak pernah cerita ke gue? gue kan sahabatnya, bener-bener nih si Alfan gue gorok nanti kepala nya biar tau rasa.

Gue tau semua bajingan Arkan.

"Gorok aja sekalian!" Omel Alfan.

"Lah lo kok bisa tau?" Arkan menggidikan bahunya merasa merinding dengan keberadaan Alfan

Alfan terus berjalan hingga menuju kelas dan tanpa sengaja tatapannya bertemu.

Gue harus mempersiapkan diri buat besok!.

Alfan (One Part Of Kulen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang