Baru mulai

19 7 4
                                    

Kini dia sedang bersantai di atas loteng dengan earphone yang menempel di telinganya tidak lupa kedua kakinya di selonjorkan ke atas meja dan buku novel yang setia berada di tanganya, dia sangat menyukai suasana sore karena bagi Alfan sore itu membawa suasana ketenangan bagi dirinya, apalagi hembusan angin kecil yang sesekali menyapa dirinya membuat suasana semakin nyaman dan tentunya jauh dari keramaian, dia lebih suka menyendiri.

Mengingat kejadian kemarin membuat Alfan merasa jengah dan kecewa atas tindakan yang dilakukan Nadin, untuk perjanjian tinggal selama 1 bulan itu kini Alfan berada di rumahnya sendiri, bodo amat mamahnya akan marah yang penting Alfan tidak melihat wajah si Nadin bajingan itu. Alfan berusaha menenangkan pikirannya dari berbagai masalah.

"Alfan!".

Namun itu gagal, mamahnya baru saja memanggilnya dan menyuruhnya untuk pergi ke rumah Nadin tapi Alfan menolak dengan keras.

"Gak mah", ucap Alfan santai.

"Kamu ini jadi anak gak bisa di atur", omel Rani dengan tangan yang dilipat disekitar perut

"Yaudah sih", Alfan beranjak dari kursi dan pergi menuju kamarnya meninggalkan Rani yang sedang berbicara, Alfan muak dengan kelakuan Rani yang selalu memaksakan kehendaknya, dia tidak pernah mengerti perasaan anaknya.

Alfan menenangkan pikiran sejenak dengan kepala yang disandarkan ke bantalan kasur sesekali memijat keningnya.

Line

Alfan menggapai handphone yang ada di meja, di lockscreen nya menampilkan pesan singkat dari Arkan.

arkanza :  Hey bro

Lalu setelah itu Alfan meletakkan handphone nya kembali di atas meja, dan mulai memejamkan mata, ingin beristirahat sejenak dari dunia yang fana ini.

"Alfan".

"Alfan"

"Alfan".

Teriakan itu terdengar samar-samar di telinga Alfan, ia berusaha untuk membuka matanya secara perlahan, rasa ngantuk yang masih terasa membuat ia malas bangkit dari magnet bumi ini. Setelah membuka matanya sempurna dan pendengerannya jelas, ia tahu ini pasti Rani.

"Alfan, kamu ini mamah bangunin susah banget kayak kebo aja".

"Berarti mamah juga kebo dong", ucapnya sesekali memejamkan matanya.

"Gak usah banyak omong, itu temen kamu nungguin dari tadi, udah bulukan".

"Siapa?".

"Arkan".

"Mau ngapain dia kesini?".

"Katanya ada acara di cafe-cafe gitu".

Alfan terpaksa bangkit dan berjalan menghampiri Arkan.

"Ngapain lo disini", mendudukan pantatnya di sofa sambil bersandar.

"Ah lu udah pikun ya, kan tadi di grup pada ngomong mau pada nongki di Keday".

"Ah gue lupa, yaudah gue siap-siap dulu".

30 menit sudah Arkan menunggu, dia bosan, lama sekali rasanya Alfan bersiap-siap. Seperti anak perawan saja.
Akhirnya manusia kebo itu keluar juga, Arkan segera beranjak dari sofa dan berpamitan dengan Rani.

Ucap Arkan sambil menunjuk arah rumah Nadin. "Eh Fan, tadi gue liat Nadin masuk kerumah itu".

"Emang rumahnya disitu".

"Lah kok lo gak bilang?".

"Lo gak nanya, ah buruan dah", omel Alfan.

Arkan segera menancapkan gas dan berjalan menuju Keday. Keday merupakan tempat favorit Kulen, bahkan banyak beranggapan bahwa Keday tersebut milik Kulen, karena mereka sering datang ke sana, selain harga nya murah tempatnya juga estetik parah.

Alfan (One Part Of Kulen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang