Pengakuan

14 7 0
                                    

"Gue lakuin ini karena lo".

"Lah kok karena gue?".

"Menurut lo?".

"Maksud lo itu apaan si, dengan sikap awal lo yang waktu di Jogja dan sekarang berubah jadi kayak gini, maksud lo apa HAH!", sentak Alfan.

"Iya gue lakuin ini semua karena lo", mendorong dada Alfan dengan sedikit dorongan telunjuk mungil Nadin.

"Lo pencitraan lagi hah? lo mau buat gue sakit hati lagi? ngaku kenapa si", Alfan semakin mendekati ke arah Nadin, sementara Nadin hanya diam menunduk ke bawah.

"Kenapa lo gak gabung lagi sama grup Beauty lo itu!".

"Fan lo kok susah banget si tinggal maafin gue".

"Susah cuman ke lo doang, ke yang lain gue gak tuh!".

"LO BENCI WAKTU GUE SMP NINGGALIN LO, LO BENCI WAKTU GUE NGANCEM HASNA, LO BENCI WAKTU AWAL KITA BERTEMU LAGI DI JOGJA HAH!? JAWAB!".

"Gue udah tenang waktu lo gak ganggu gue selama 1 tahun, tapi kenapa tahun ni lo ganggu gue dengan kehadiran lo yang buat gue muak!", Emosi Alfan semakin tersulut.

"Asal lo tau, gue datang lagi kehidupan lo karena sebuah alasan!", nada Nadin semakin merendah ia tidak mau berdebat di dalam gang yang justru dapat membuat tetangga terganggu.

"Cih alasan", Alfan kemudian berpaling dan meninggalkan Nadin.

Nadin semakin sebal dengan sikap Alfan yang semakin hari kian membenci nya, iya tau dia salah tapi apa salahnya si memaafkan orang? toh tuhan juga maha pemaaf masa hambanya gak!.

■■■

Alfan kali ini sedang berada di dalam kamar, berusaha menenangakan diri dari berbagai masalah, menatap langit-langit kamar serta musik yang di play melalui earphone.


"Pah, papah tuh cari uang kenapa si, kita mau makan apa hari ini!?".

"Papah juga lagi cari uang Mah".

"Cari uang gimana, kerjaan cuman tidur doang seharian".

"Mamah gak pernah ngertiin papah, papah itu cape mah".

Alfan yang mendengar itu sangat lah risih, hampir tiap hari Papah dan Mamahnya terus berantem, dia muak pengen rasanya hilang dari muka bumi ini.

Kalau kayak gitu mendingan gue gak punya bonyok atau sekalian gue gak hidup lah gue ikhlas daripada kayak gini terus.

"Pah, kerjaan papah cuman tidur doang otak papah tuh gak berkembang sama sekali!".

"Maunya enak aja tapi kemauan banyak heran mamah, mamah tuh banyak hutang pah karena papah gak pernah kasih mamah uang".

"Apa? gak pernah kasih uang itu tiap bulan apa emangnya kurang?".

"Menurut papah?, anak kita udah SMA pah pengeluaran semakin banyak tau gak sih!".

Alfan lebih baik tidur saja, mendengarkan itu di dalam kamar saja sudah membuat pusing apalagi langsung, punya bonyok kayak gini amat sih, gue harap mereka cerai!.

Kemudian Alfan tidak mendengar pertengkaran lagi karena dia sudah terlelap dalam mimpi.

■■■

Pagi ini rasanya tidak semangat bagi Alfan, kepala nya seakan mau pecah banyak masalah yang berada dalam ingatannya, semakin hari masalah semakin datang tak pernah luput.

Alfan (One Part Of Kulen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang