Drama

20 7 0
                                    

"Ekhem".

Nadin menoleh ke arah sumber suara itu berasal,dia hanya memutar bola matanya malas dan memilih kembali pandangannya ke arah buku, karena buku lebih asik daripada si eta.

"Lo udah buat drama apaan tadi?".

"Maksud lo?", tanya Nadin tak terima dengan tuduhan yang diberikan Alfan.

"Ya lo tadi drama kan, dengan pingsan di lapangan?".

"Maksud lo itu apaansi Fan, gajelas banget idup lo!", Nadin beranjak dari duduknya dan mendorong tubuh Alfan dengan keras.

Dia sudah cukup sakit hati dengan perlakuan Alfan selama ini, Nadin mengacak-ngacak rambutnya frustasi serta membanting bukunya kesembarangan arah.

PLAK

"ANJING!".

Nadin langsung kaget dan ia ingin meminta maaf karena tidak sengaja melempar buku hingga terkena kepala Abin.

"Lo udah gila ya?, untung gue yang kena kalau guru gimana hah!", tanya Abin memperingatkan.

"Sorry Bin, gue minta maaf", ucapnya tertunduk merasa bersalah.

"Iya gue maafin".

Andai Alfan memaafkan dirinya semudah Abin.

"Lo kenapa si hm?", mengangkat dagu Nadin sehingga mata mereka saling bertemu, Nadin hanya terdiam tidak merespon apapun.

"Lo masih mikirin Alfan?".

Nadin tidak menjawab.

"Jawab Nadin", dengan nada halus membujuk agar Nadin berbicara.

"Gatau Bin", menggelengkan kepalanya kanan-kiri.

"Gak usah bohong sama Abin".

"Gak Bin, gue gak bohong", tegas Nadin.

"Masa?".

"Iya".

"Kata bunda Abin nih ya, kalau bohong itu dosa nya besar loh", goda Abin.

"Iya iya gue ngalah, gue masih kepikiran Alfan".

"Nah kan, gue udah kebaca kalau lo pasti masih kepikiran si Alfan", merangkul Nadin dan mengajak nya duduk.

Abin melepaskan rangkulanya dan memilih bersandar ke kursi sesekali memejamkan mata.

"Lo ngantuk?, kalo ngantuk tidur bego ngapain lo ngajakin gue duduk  terus lo rangkul-rangkul gue lagi!".

"Berisik", menghentikan bibir Nadin dengan jari telunjuk kanan Abin.

"Menyebalkan".

"Coba lo tenangin diri lo dulu, pejamkan mata terus ntar buka matanya tapi jangan kaget kalo pas buka mata lo udah di alam barzah hha", Canda Abin yang membuat Nadin berdecak sebal atas kelakuan temennya yang gesrek ini, dan langsun Abin menghentikan tawanya saat sorot mata Nadin menatap Abin tajam.

"Gue lagi gak mood bercanda Abin".

"Iya iya, maafin deh".

"Yaudah, lo tenangin diri lo dulu".

"Tapi lo jangan berisik", suruh Nadin, dia langsung menutup mata nya perlahan, berusaha melupakan kejadian-kejadian yang membuat mood nya hancur.

"Kalo pala lo pegel, lo boleh senderan ke bahu gue", berbisik di telinga Nadin, sementara itu Nadin hanya bergidik ngeri dengan omongan yang barusan diucapkan Abin.

Setelah 20 menit Nadin memenangkan diri dia memilih untuk pulang ke rumah, karena lama-lama jadi ngantuk.

"Bin ayo pulang, udah jam setengah 5 ini", melihat ke arah jam tangan sedikit panik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alfan (One Part Of Kulen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang