"Syilaaaaaa! Bangun! Jam berapa ini? Apa kamu tidak ke kantor?!"
Aku berdecak dalam tidurku. Kakakku yang cantik itu menggedor-gedor pintu kamarku, mengganggu saja.
"Ya ampun kak... Ini masih pagi. Gak usah berlebihan deh!"
Setelah mengatakan hal itu, aku menarik selimutku menutupi seluruh tubuhku yang kedinginan. Baru saja aku terlelap, tiba-tiba selimutku di tarik paksa oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan kakakku yang cantik itu.
"Ya ampun, anak orang... Ini udah mau siang Syila!" Jedanya beberapa saat, "lihat!" Dia memperlihatkan sebuah jam tepat di wajahku.
Dengan sayup-sayup aku melihatnya, tuh kan benar. Kakakku emang lebay.
"Masih setengah 6 kak."
"Apa!" Astaga... Ku harap telingaku dalam keadaan sehat.
"Kak udah deh, ini tuh mas..."
"Setengah 8 La! Setengah 8!"
Apa setengah 8? Aku tidak salah dengarkan? Astaga ... Aku melupakan meeting ku hari ini.
Aku langsung bangun dan berlari melewati kakak yang menggelengkan kepalanya.
"Syila... Syila... Untung kamu adik kakak La. Kalau bukan sudah kakak tendang kamu ke negeri Pluto."
Aku tidak peduli sekarang, terserah kakak mau bilang aku ini apa. Yang aku pikirkan sekarang nasib pekerjaanku. Bagaimana ini?
Tidak butuh waktu lama seperti biasanya, akhirnya aku selesai bersiap-siap. Biarlah wajahku tidak terpoles apa-apa hari ini, dan juga rambutku, ku biarkan tergerai.
"Kak, Syila berangkat dulu." Aku mencium tangan kakakku. "Assalamualaikum."
Dan setelah berpamitan aku segera lari menuju motor gemesku, si Bella.
"Kamu tidak sarapan dulu Syila?!" Teriak kakakku.
"Tidak, Kak!" Jawabku dari depan rumah.
Aku segera melajukan motorku dengan kecepatan tinggi, masa bodoh dengan teriakan orang-orang yang menegurku karena berkendara dengan cepat di gang sempit seperti ini. Sekarang yang aku pikirkan hanya satu. Meeting dan nasib pekerjaan ku saat ini.
Sungguh ini pagi yang sangat membuatku jengkel. Karena tadi malam aku kencan dengan oppa-oppa korea, paginya aku terlambat ke kantor. Sungguh, aku sangat dendam terhadap oppa-oppa tadi malam.
Saat ku sedang melajukan motorku, tiba-tiba aku melihat anak kecil menyebrang jalan. Dengan spontan aku mendadak berhenti dan hampir saja Bella ku ini melukai anak kecil yang masih memakai baju tidurnya lengkap dengan hijabnya.
Inginku tinggalkan, tapi tak tega. Tapi jika aku biarkan di jalan nanti dia kenapa-kenapa lagi. Akh... Kenapa pagi ini banyak masalah yang menghampiriku.
Dan dimana orang tuanya? Aku mencari orang tua di sekitar jalan, tapi tak kunjung aku temukan. Tidak ada pilihan, aku segera turun dari Bella.
"Anak manis... Kok sendirian? Ayah dan ibumu kemana?" Tanyaku selembut mungkin.
Dia menatapku, lalu tersenyum. "Bunda!"
What! Bunda? Apa-apaan nih. Nikah saja belum sudah dapat panggilan Bunda dari anak yang kira-kira umurnya 2 tahun.
"Bunda!" Lalu dia memelukku dengan erat.
Akh sial! Bagaimana ini. Ini sudah hampir pukul 8 tapi aku masih di tengah-tengah perjalanan.
Aku akan mencoba bertanya sekali lagi tentang orang tuanya.
"Anak manis, ayah sama ibu kamu kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugerah Terindah
RomancePertemuan ku dengan seorang anak perempuan yang sangat manis, membuat ku hidup dengan pria yang dingin, sedingin es Kutub Utara. Bahkan karena anak kecil itu aku menjadi istri, ah jangankan istri, dia menganggap ku saja tidak. Tugasku hanya satu yai...