BAB 2

461 27 2
                                    

"Duh La, udah telat, masih aja pakek acara drama. Gue gak jamin kalau lo akan bertahan di perusahaan ini," Darra menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ulah sahabatnya ini.

Syilla berdecak, "Ra, tolongin gue dong. Gue gak mau hengkang dari perusahaan ini. Gue mohon Ra. Lo kan sahabat gue, masak lo tega lihat sahabat lo yang cantik dan tidak sombong ini di tendang dari perusahaan. Emang lo gak bakalan rindu apa ke gue?"

Darra memutar bola matanya malas mendengarkan ocehan sahabatnya yang tidak bermutu sama sekali.

"Yang punya perusahaan aja bukan gue. Gue bisa apa?"

Syilla menarik kursinya dan di samping kursi Darra. Sedangkan Darra menatap sahabatnya itu bingung.

"Ngapain lo?"

"Gue traktir deh. Mumpung lagi di kantin nih lo nambah lagi gak papa kok, gue yang bayarin. Gue tahu lo belum kenyang kan? Nah, mumpung Syilla yang cantik dan tidak sombong ini lagi baik hati, gue traktir lo sepuasnya? Gimana, mau gak?"

"Ck.. rayuan lo gak mempan La. Udah ya, gue mau pesen minum dulu. Lo mau nambah gak makannya, siapa tahu lo nanti butuh tenaga untuk ngadepin Big Bos tampan lo." Darra pergi dengan tertawa renyah melihat reaksi sahabatnya itu.

"Darraaaa!" Panggil Syilla geram, dan langsung memakan hidangan di hadapannya dengan cepat dan wajah merah padam.

°°°

"Kenapa sih lo bisa ceroboh kayak gitu?! Syafiyyah masih kecil Kaf. Untung tadi sekretaris gue yang ketemu sama anak lo."

Dia adalah Aris Al Husein, sahabat Alkaf sejak SMA. Tapi karena Aris yang sedang berada di luar negeri untuk melanjutkan pendidikan akhirnya mereka terpisah. Dan bertemu kembali dua bulan yang lalu.

Alkaf memandang putrinya dengan rasa bersalah, "Nak, maafin Ayah ya. Ayah lalai jagain Fiyyah nya." Setelah meminta maaf kepada anaknya, Alkaf mencium wajah anaknya. Lalu duduk di kursi panjang milik Aris.

Aris mengekori Alkaf dan ikut duduk di sebelas Alkaf.

"Kaf... Gue tahu lo kesulitan ngurus dua anak sekaligus. Apalagi sekarang Fahad sakit." Jedanya beberapa detik, "saran gue, lo harus menikah lagi Kaf. Lo gak bisa kek gini terus."

Alkaf menoleh ke arah Aris dengan wajah datarnya.

"Gue gak bisa." Jawab Alkaf dingin.

Aris berdiri, "Kaf! Lo jangan mentingin ego lo dong. Lo lihat," Alkaf menatap putrinya yang sedang beramain. "Dia membutuhkan seorang ibu Kaf, apa lo tega sama anak lo?"

Alkaf menggeleng, "gue bisa jadi ayah sekaligus ibu untuk anak-anak gue."

Aris mulai geram dengan jawaban sahabatnya itu, selalu saja itu jawaban yang keluar. Bagaimana bisa dia berfikir seperti itu? Sedangkan dia sendiri hampir kehilangan putrinya.

"Kalo lo memang bisa jadi kedua-duanya, kenapa bisa Fiyyah pergi dari rumah tanpa sepengetahuan lo?!"

Alkaf hanya diam tak bergeming.

Aris berjalan ke arah kursi kebanggaannya, lalu menghubungi seseorang untuk datang ke ruangannya.

"Kaf, bagaimanapun juga... Seorang ayah dan seorang ibu perannya sangat penting dalam mengurus anak. Lo gak bisa jadi ayah sekaligus ibu untuk anak-anak lo." Ucapnya lagi setelah memutuskan hubungan teleponnya.

Anugerah TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang