"Maaf, dokter bilang mereka tidak tau mau berbuat bagaimana lagi, jalan satu-satunya agar kau bisa bertahan hidup hanya itu." Hening, tidak ada dari kedua pemuda tampan tersebut membuka suaranya. Mereka terhanyut dalam fikiran masing-masing."Aku mengerti hyung, tapi tetap saja aku tidak akan keluar dan meninggalkan mereka begitu saja, aku akan melakukan yang dokter sarankan, tapi izinkan aku tetap berjuang melanjutkan perjalanan ku bersama mereka."
Balas pemuda yang satunya akhirnya, memecah keheningan diantara mereka berdua."Kalau begitu beritahu mereka, jelaskan pada mereka kondisimu saat ini" Yang lebih tua membalas tanpa sadar sedikit menaikkan nada bicaranya, jujur ia sudah cukup menahan emosinya menghadapi pemuda keras kepala di depannya saat ini.
"Kalau untuk itu, kau sudah tau jawabanku hyung, aku sudah menjelaskan padamu dan pd nim berkali-kali. Jadi aku mohon untuk permintaan kalian yang satu itu aku tidak bisa memenuhinya. Kau sudah tau alasanku tidak memberitahu mereka, dan jangan khianati kepercayaan ku padamu hyung"
Hening kembali menyelimuti mereka, yang lebih tua menghela nafasnya kasar, dia tidak akan menang jika berdebat dengan pemuda yang sudah dianggapnya sebagai adiknya ini.
Lebih baik dia mengalah, dan mencari jalan lain untuk membujuknya kembali nanti."Jika tidak ada lagi yang akan kau katakan aku pamit"
Ucap yang lebih muda sembari berdiri dan beranjak dari tempat duduknya tanpa menunggu jawaban dari yang lebih tua. Bukannya ia tidak sopan, tapi kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk berlama-lama di situ. Terlebih setelah mendengar penjelasan hasil pemeriksaannya tadi. Ia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Bisa saja sewaktu-waktu ia tidak akan membuka matanya lagi dan meninggalkan mereka. Ia harus mempersiapkan semuanya, agar mereka tak kerepotan saat dirinya tidak ada nanti.
.
.
.
"Baiklah, cukup untuk hari ini, besok kita lanjutkan"
Terlihat tujuh pemuda yang terengah-engah mengambil nafas, sudah empat jam lebih mereka berlatih untuk comeback mereka. Semuanya tampak bersemangat dan tak mengeluh sedikit pun saat berkali-kali pelatih mereka meneriaki mereka jika ada gerakan yang salah."Hope-ah, istirahatlah dulu"
Gerakan hoseok terhenti saat Namjoon memberikan handuk serta minum padanya."Gomawo"
Hoseok meneguk cepat minumnya agar ia bisa cepat melanjutkan latihannya sendiri."Duduklah dulu, 15 menit setidaknya istirahatkan tubuhmu, kau tidak kasihan pada tubuhmu hope-ah, kau terlalu memaksakannya, itu tidak baik, setidaknya beri jeda agar kau tidak terlalu kelelahan, kau bisa sakit nanti"
Hoseok pasrah mendudukkan dirinya di samping namjoon, jika namjoon dalam mode cerewet begini lebih baik iya mengiyakan perkataan sang leader, lagian itu juga demi kebaikannya, tidak ada salahnya bersantai sebentar bukan.
.
.
.
"Hyunggiee~"
Namjoon mengalihkan pandangannya ke arah pintu, terlihat kepala jimin menyembul dari balik sana."Wae yo jiminie? Kau perlu sesuatu?"
Namjoon tersenyum gemas melihat jimin yang masuk ke studionya dengan wajah cemberut, pipinya menggembung lucu, namjoon tidak tahan untuk tidak mencubit pipi mochi bangtan tersebut."Hyung"
"Wae? Kau kenapa? Apa kalian bertengkar lagi?"
Jimin menganggukkan kepalanya membuat namjoon menghela nafas, entah sudah berapa kali dalam sebulan adiknya ini bersilisih paham dengan wanita yang disukainya."Mau jalan-jalan ke sungai han?"
Jimin tersenyum senang, hyungnya yang satu ini memang sangat mengerti dirinya. Sudah menjadi kebiasaan salah satu dancernya bangtan saat hatinya gundah ia akan pergi mencari udara segar dengan bersepeda menuju sungai han bersama sang hyung yang selalu setia mendengar curahan hatinya.
.
.
.
"Hei, kenapa kau melamun?"
Taehyung memalingkan wajahnya ke arah namjoon yang kini duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi no Tame ni
Short StoryUntukmu selalu. Apapun akan aku lakukan untuk kalian orang-orang yang aku sayang. One shoot, two shoot story.