Regret

930 80 16
                                    


.
.
"Baiklah, semuanya sudah siap?"
yang tertua mencek satu persatu adiknya.

"kookie, jangan lupa jaketmu, kau tau disana dingin. taehyung, ikat tali sepatumu dengan benar. jimin... "
ucapannya terhenti saat telapak tangan seseorang menutup mulutnya.

"araa.. aku tau hyung" ucap pemuda yg lebih muda dan sedikit pendek darinya.

"yaa, jimin! "
seokjin menepis tangan adiknya, dan berusaha mengejar jimin yang berlari menjauh darinya.

"sudahlah hyung, mereka sudah besar, mereka bisa mengurus dirinya masing-masing"
ia melirik kesal ke arah pemuda pucat di sampingnya.

"benar hyung, kau terlalu cerewet, kasihan telinga mereka" tambah hoseok, membuat
seokjin menghela nafas kasar, mendengar protes keduanya.

"namjoonie biasanya yang mengontrol mereka bertiga" ucap hoseok sendu, membuat suasana hening seketika.

"hyungiiee, kami sudah siap, ayo berangkat!" teriakan dari si bungsu membuyarkan lamunan mereka bertiga, ketiganya spontan tersenyum melihat antusias ketiga adik bungsu mereka.

"baiklah, ayo berangkat"
.
.
.
"hyungieee, kami datang"
senyum tercetak jelas di wajah si bungsu, hingga menampakkan gigi kelincinya. Ia duduk bersimpuh di sana, meletakkan bunga.

"maafkan kami yang jarang mengunjungimu, seokjin hyung sangat sibuk  dengan restorannya, kau tau, restoran jin hyung selalu ramai, aku membantunya sepulang sekolah bersama tae hyung dan jimin hyung. yoongi hyung selalu sibuk mengurung dirinya di studionya, jika sudah tiga hari yoongi hyung tidak pulang, seokjin hyung akan menyuruh hoseok hyung menyeretnya pulang ke rumah, dan seokjin hyung akan menjewer telinga yoongi hyung." jungkook tersenyum jika mengingat momen itu, lucu sekali, saat melihat hyung tsunderenya tak berdaya.

"Hoseok hyung juga sibuk mengajar dance di studionya, kadang jimin hyung membantunya saat kelas ramai, sepertinya jimin hyung akan mengikuti jejak hoseok hyung setelah lulus nanti. Tae hyung kemarin memenangkan penghargaan di bidang photographi, hyung benar, tae hyung memang berbakat di bidang itu, dan kau tau, aku juara umum di sekolah, dan aku mempunyai banyak teman sekarang, ada mingyu, bambam, dan baekhyunie, mereka sangat baik padaku, dan aku masuk club musik seperti yang hyung sarankan, aku akan menang nanti saat festival musik sekolah, aku akan menunjukkan pialanya pada hyung"
ucap jungkook riang, ia tak berhenti berbicara saat sampai di tempat tujuan mereka, yaitu sebuah gundukan bertuliskan nama seseorang yang telah lama meninggalkan mereka, tepatnya dua tahun lalu. Namun kesedihan masih membekas di hati mereka semua.

"hyung"
seokjin terlonjak kaget dan buru-buru menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir di kedua pipinya.

"ayo pulang hyung" ucap yoongi, ia baru sadar jika ke empat adiknya sudah memasuki mobil menunggu dirinya.

"aku tunggu di mobil"
seokjin mengangguk dan melangkahkan kakinya ke arah gundukan tersebut. Air mata kembali jatuh, ia berusaha meredakan isakannya. Seokjin mengusap lembut Batu yang bertengger di atasnya membayangkan ia sedang mengusap kepala adiknya.

"hyung pergi dulu, sampai jumpa saeng"
ucapnya lirih.

RIP Our Beloved Brother Kim Namjoon.

.
.
.
.
"bukan aku, akuu... "

"bohong, kau berbohong hyung, aku melihat sendiri bagaimana kau mendorong kookie hingga jatuh"

Tidak, mana mungkin ia tega melakukannya pada jungkook, yang telah menjadi adik kesayangannya itu.
Dia hanya diam, tidak ingin berdebat, tidak sampai ia memastikan adiknya baik-baik saja.

Kimi no Tame niTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang