Namseok

725 64 26
                                    

"pergi sana!! dasar miskin"

"Hey, sampah, kau tidak pantas di sini"

"Untung saja otak mu pintar, setidaknya kau berguna sedikit"

"jangan sombong, kau tau dari mana asal beasiswa mu itu? jadi turuti perintahku jika kau masih ingin sekolah di sini"

Namjoon hanya mampu mengepalkan tangannya, ia marah, ia kesal, ia sakit hati, ia kecewa, tapi semuanya harus ia tahan, demi seseorang yang sangat ia cintai di dunia ini, satu-satunya alasan ia masih berjuang dan melanjutkan hidupnya sampai saat ini.

Plak

Tamparan keras mendarat di pipinya lagi, ini entah sudah keberapa kalinya untuk hari ini, ia sudah biasa, ia tidak merasakan sakit sama sekali, ini belum seberapa, ia sudah pernah mendapatkan lebih dari ini.

"Hey, kau dengar brengsek? apa kau sekarang sudah tuli?"

Semuanya tidak ada yang peduli, mereka hanya menjadi penonton, Namjoon memaklumi itu, mereka tidak ingin mengambil resiko, apa lagi hanya untuk orang seperti dirinya. Ia sudah lama mematikan harapannya. Orang-orang tidak akan peduli selama itu bukan mereka.

Braakk

Namjoon meringis memegang dadanya, tendangan yang ia terima tidak main-main, sekujur tubuhnya mulai sakit terlebih kepalanya yang sempat menghantam meja dan kursi.

"Aku bosan, pergi sana, kepala sekolah sudah menunggumu"

Dengan sisa tenaganya, ia berjalan mengambil tas dan berlalu menuju ruang kepala sekolah.

Tok tok

Ia memasuki ruangan setelah mendengar jawaban dari dalam.

"Maaf saya telat sajangnim"
Ucapnya sambil membungkuk hormat.

"Sudah berapa kali ku bilang Kim Namjoon? jangan sampai telat apapun yang terjadi, kau kira aku punya waktu untuk menunggu orang sepertimu? jika bukan karena permintaan yayasan aku tidak akan sudi melakukan ini"

Lagi, namjoon hanya bisa mengepalkan tangannya kuat. Ingin sekali rasanya ia mengakhiri semua ini, tapi kembali lagi wajah orang tersayangnya melintas difikirannya, membuat ia mengurungkan niatnya.

"Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi"

"Ternyata hanya otakmu saja yang pintar, kau tidak punya kekuatan sama sekali?"
Ucap lagi pria paruh baya di depannya, matanya dengan tajam melihat dari bawah sampai atas penampilannya yang saat ini sudah tak karuan.

Semua orang tidak peduli dengan penampilannya yang selalu babak belur dan kacau setiap hari, bukan hanya siswa, guru, para staff bahkan kepala sekolah pun, tidak memperdulikannya. Ia tau alasannya hanya satu, Jung Hoseok dalang dari semua pembullyan nya adalah anak pemilik yayasan yang membantu sekolah ini, jadi wajar saia tidak ada yang mau ikut campur sedikit pun, mereka tak akan mengambil resiko apa lagi hanya untuk dirinya yang bukan siapa-siapa.

"Kau sudah dapat informasi bukan? besok kau akan mengikuti 5 lomba tingkat nasional, jangan sampai kalah, dan kau harus membawa nama sekolah kita nomor satu dalam semua bidang, jika kau kalah, kau tau sendiri resikonya"

"Baik sajangnim"
lagi namjoon hanya mampu mematuhi setiap kata yang keluar, di sini semua yang dikatakan orang-orang padanya adalah perintah yang harus ia turuti.

"Sudah pergi sana, persiapkan dirimu untuk besok"

"Baik, terima kasih sajangnim"
.
.
.

"Kim Namjoon!!"

Namjoon spontan menjatuhkan buku pelajarannya, saat namanya diteriakkan.

"Sudah berapa kali ku bilang untuk fokus bekerja? jika kau ke sini hanya untuk duduk dan membaca buku, pergi sana, lakukan di rumahmu, aku menggajimu bukan untuk ini, masih untung aku mau mempekerjakan orang sepertimu"

Kimi no Tame niTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang