Finally, aku bisa up cerita ini..
NO EDIT
.
.
."Namjoon hyung" gumamnya saat melihat sosok yang sangat ia kenal saat ini berada tak jauh darinya. Ia pun berdiri dari tempat duduknya memutuskan untuk memastikan apa yang di lihatnya bukan lah halusinasi.
"Kookie, kau mau kemana?"
Pandangannya beralih menatap namja yang memegang pergelangan tangannya sebentar dan kembali mengalihkan atensinya pada namja yang menarik perhatiannya tadi. Ia menghela nafas berat saat menyadari namja tersebut telah pergi.
mungkin hanya hayalannya saja, batinnya."Tidak ada hyung" ucapnya dan kembali duduk kembali.
"Kau yakin? Baiklah ayo kita pulang, hyung yang lainnya sudah menunggu"
.
.
."Woonie-ah, kau yakin membeli ini semua?" Tanya seorang namja tampan yang terlihat lebih tinggi dari namja yang satunya saat ia melihat beberapa baju, celana, serta jaket yang di pilih adiknya untuknya.
"Tentu hyung" jawab namja yang lebih pendek darinya tanpa melihat, ia masih sibuk memilih beberapa hoodie untuk hyungnya.
"Tapi, eomma juga sudah membelikan banyak kemarin woonie"
"Tidak hyung, aku tidak suka model yang eomma belikan untukmu, terlalu kuno"
Ia hanya tertawa kecil saat mendengar jawaban adiknya.
"Tapi, tetap saja kau tidak perlu membeli sebanyak ini" ucapnya sedikit kesulitan, menahan semua pakaian yang diberikan adiknya yang hampir mencapai hidungnya.
Adiknya terkikik geli saat menyadarinya dan mengambil semua pakaian tersebut dari tangan hyungnya dan memberikannya pada pelayan yang ada di sana. Setelah selesai kedua kakak adik itu pun melangkah menuju mobil mereka. Yang tertua hanya menghela nafas saat melihat belakang mobilnya penuh dengan tas belanjaan mereka.
"Baiklah, sekarang kita mau kemana hyung?" Ucap yang muda dan mulai menghidupkan mesin mobilnya.
"Hyung, gwenchana?" Tanyanya cemas saat melihat hyungnya memijat kepalanya.
"Gwenchana, aku hanya sedikit pusing" jawab hyungnya tersenyum.
"Kalau begitu kita pulang saja hyung, wajahmu pucat" tanpa menunggu jawaban dari hyungnya ia segera melajukan mobilnya keluar dari area parkiran.
.
.
."Kim jae woon!!!"
Teriak seorang wanita paruh baya saat kedua kakak-adik tersebut memasuki ruang keluarga."Eomma!! Bisakah kau tidak berteriak, telinga ku bisa pecah saat ini juga mendengar suara eomma" balas namja yang di panggil kim jae woon.
"Yaa!! Beraninya kau berbicara seperti itu pada eomma mu? Kau tau berapa lama eomma telah mengandungmu, melahirkanmu, dan merawatmu sampai sebesar ini, dan..."
"Eomma!! Please stop it"
Jae woon membungkam mulut wanita paruh baya tersebut dengan telapak tangannya."Ok, ok, mianhae eomma, saranghae" ucapnya lagi dan mengecup singkat pipi ibunya.
"Dasar iblis kecil, kau memang selalu bisa membuat eomma tidak bisa memarahimu"
Namja yang tertua hanya tersenyum melihat momen manis antara adik dan ibunya.
"Kalian berdua dari mana saja?" Tanya nyonya kim lembut kali ini.
"Aku dan woonie hanya pergi jalan-jalan eomma dan membeli beberapa keperluan untukku"
"Hoonie, gwenchana?" Nyonya kim segera menghampiri putra sulungnya dan meletakkan telapak tangannya di wajah putranya saat melihat wajah pucat putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi no Tame ni
Short StoryUntukmu selalu. Apapun akan aku lakukan untuk kalian orang-orang yang aku sayang. One shoot, two shoot story.