10. Dia Pergi

31 2 0
                                    

           Selama 3 tahun aku sudah les bahasa jerman, aku tetap merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan di tempat lesku. Aku sempat bercerita pada Hans tentang bahasa jerman yang sangat sulit aku pahami. Hans menganjurkanku untuk les ditempat yang sama dengannya. Aku juga minta pendapat ayah dan menceritakan apa yang Hans telah ceritakan padaku tentang tempat lesnya. Ayahku setuju dan kami membuat janji dengan salah satu guru les bahasa jerman di tempat Hans. Aku dan ayahku berbincang-bincang cukup lama dengan ibu Melani, guru sekaligus pemilik tempat les tersebut. Kami berdua langsung memutuskan kalau aku akan les ditempat tersebut. Ibu Melani adalah salah satu guru yang sangat kusayangi sampai sekarang. Dia sungguh tulus ketika dia mengajar kami muridnya, dia bisa menjelaskan secara rinci tentang gramatik bahasa jerman yang selama ini tak pernah kumengerti, dia juga selalu membawa makanan gratis untuk murid-muridnya agar tidak kelaparan selama les. Aku belum pernah menemukan guru yang seperti itu di hidupku sampai detik ini. Dia membantu kami semua dalam hal mengurus visa, dokumen dan lainnya tanpa meminta biaya lebih. Dia juga masih suka menanyakan kabar anak-anak yang sudah berada di Jerman. Tidak salah lagi aku memilih tempat les ini. Aku berterima kasih pada Hans yang menyuruhku kemari. Sesekali aku satu kelas dengan Hans dan sesekali juga Hans akan berjalan kearah bangku kosong disebelahku. Aku berusaha untuk tidak menghiraukannya dan hanya fokus pada penjelasan ibu Melani.

          Pada bulan Desember 2016, Hans berangkat ke Jerman. Yang awalnya kukira dia hanya berandai-andai tapi kenyataannya doa Hans dikabulkan untuk melanjutkan kuliah di Jerman. Seberapa keras aku mencoba, waktu yang berjalan tetap saja selalu mendekatkanku lagi pada Hans yang berusaha kujauhi.

          Satu tahun aku menjalani hidupku, tanpa melihat Hans yang sudah berada di Jerman, aku mulai bisa membiasakan diri dengan Alan yang akhirnya mulai berubah menjadi lebih baik. Sifat kasar dan egoisnya makin lama makin berkurang. Sebenarnya ayahku kurang suka aku menjalin hubungan dengan Alan. Beberapa kali juga ayahku mengutarakan pendapatnya tentang kesopanan dan tata krama Alan. Terkadang Alan tidak tahu waktu dan berada di rumahku sampai larut malam, terkadang dia juga tidak menyapa ayahku ketika berada di rumah. Alan tidak pernah memperkenalkanku pada orang tuanya sekalipun ketika aku berkunjung ke rumahnya. Dia pun tidak memperkenalkanku ketika aku pertama kali bertemu kakaknya. Orang tuanya baik terhadapku, tapi tetap saja aku jadi merasa aku bukan bagian dari Alan.   

WALL OF MEMORIESWhere stories live. Discover now