6. Selamat Ulang Tahun, Hans

32 4 0
                                    

             Kalau tidak salah di akhir bulan Maret 2015, Hans harus mengikuti program sekolah yaitu Live-in. Para kakak kelasku harus pergi ke suatu desa yang sangat jauh di dekat Yogjakarta dan bermalam disatu keluarga selama seminggu. Mereka harus membantu keluarganya masing-masing untuk bekerja. Ada yang bekerja sebagai petani, peternak, dan sebagainya. Sekolah juga tidak memperbolehkan siswa-siswinya untuk membawa HP. Rasanya aku sedih karena aku tidak lagi bisa mengirim pesan pada Hans. Aku juga tidak tahu apakah Hans akan mengontakku jika dia diam-diam membawa HP.

            Aku juga tidak menyangka 3 hari kemudian aku mendapat pesan dari Hans. Dia menceritakan apa yang dia lakukan selama disana, situasi dimana dia tinggal, dan mengirim foto padaku memperlihatkan kamarnya. Dia sempat membuatku cemburu karena dia berbohong mengatakan dia mendapatkan pacar diluar sana. Dia juga tertawa melihatku hanya terdiam saja dan mengatakan semoga dia bahagia dengan pacar barunya. Hampir saja jantungku copot hahahaha...

            Bodohnya lagi aku baru sadar hari ulang tahunnya sudah dekat. Jadi selama dia live-in, aku dan Vey berdiskusi tentang hadiah apa yang nantinya akan kuberikan untuk Hans. Aku tahu dia suka sekali dengan warna oranye. Aku tidak mau memberikan barang-barang yang tidak akan dia gunakan nantinya. Jadi aku memutuskan untuk membelikannya jaket oranye, mungkin itu akan sangat berguna karena dia mengendarai motor setiap harinya. Aku meminta Vey untuk menemaniku ke PVJ mencari jaket oranye yang bagus untuknya.

            Selama berjam-jam kami berkeliling PVJ dan belum menemukan jaket yang cocok untuk Hans. Tapi tidak lama, aku berhenti dan menatap jaket oranye yang dipajang di toko Giordano. Mataku langsung menyukainya dan tentu saja aku langsung masuk ke toko tersebut. Aku bahkan beberapa kali menyuruh salah satu pegawai Giordano untuk mencobanya karena badanku dan Vey jauh lebih kecil dibanding Hans. Sebenarnya harga jaket tersebut terlalu mahal untukku, tapi tidak. Aku tetap membelinya dan menghabiskan seluruh uang kerjaku demi jaket tersebut. Aku juga mempunyai firasat kalau aku tidak akan bisa bersama Hans, jadi biarlah setidaknya jaket itu menjadi hadiah terakhir yang bisa kuberikan untuk Hans.

            Hari itu sialnya hujan. Aku melindungi jaket itu agar tidak basah dan berlari menuju mobil ayahku. Aku juga berbohong ketika ayahku menanyakan harga jaket itu. Aku hanya menjawab setengah harga dari harga asli.

            Keesokan harinya, tepat tanggal 9 April 2015,aku membawa kado untuk hans dan hendak kutaruh bersama di motor milik Hans. Aku dan Vey keluar saat pelajaran sekolah dan pergi ketempat parkir. Saat hendak menaruhnya, aku melihat Hans dan temannya dari jauh.Lebih sialnya lagi aku rasa Hans melihatku dan Vey. Aku panik dan berlarisekencang-kencangnya menuju kelas. Vey tidak bisa berhenti tertawa melihatkulari layaknya kucing yang disiram air. Bisa-bisanya Hans juga keluar di jampelajaran. Sungguh menyebalkan.. tapi sekali lagi, selamat ulang tahun, Hans.

WALL OF MEMORIESWhere stories live. Discover now