7. Living Together

5.6K 875 155
                                    

    Apartemen Lucas mungkin merupakan apartemen termewah yang pernah Renjun lihat.

Bagaimana tidak? Luas apartemen ini mungkin dua kali, bahkan tiga kalinya apartemennya dan Donghyuck.

Oh, kediaman bosnya itu sepertinya tidak tepat disebut apartemen. Mungkin lebih tepat disebut mansion. Tetapi Lucas bersikeras menyebut itu sebagai apartemen.

Bagaimana bisa? Apartemen itu satu kamar milik sendiri, dalam satu gedung. Terdapat ratusan kamar lain yang telah ditempati orang lain.

Sedangkan kediaman Lucas seperti satu gedung dengan ratusan kamar hanya untuk dirinya sendiri.

Baiklah, terserah pemuda itu saja.

“Dingin?” Lucas melirik Renjun yang hanya mengenakan handuk dan jaket milik Lucas. Penampilan Renjun sangat aneh, sebenarnya. “Ayo, ikuti aku.”

Renjun menurut, ia mengikuti langkah Lucas yang panjang. Pemuda itu berjalan menuju kamarnya lalu mulai membongkar lemari pakaiannya.

Awalnya, Renjun pikir pintu lemari pakaian itu adalah pintu ke kamar kecil. Mungkin toilet dan kamar mandinya terpisah? Dahulu di flatnya, Renjun juga memiliki toilet dan kamar mandi terpisah.

Namun, saat Lucas membuka pintu itu dan mengajak Renjun masuk, barulah pemuda itu sadar bahwa ruangan itu adalah lemari pakaian Lucas sendiri.

Jemari Lucas menyusuri satu persatu pakaiannya yang sekiranya akan membungkus tubuh Renjun dengan benar.

Tetapi, memang tubuh mereka berdua kelewat berbeda, hingga setengah jam pemuda jangkung itu menyusuri pakaian-pakaian dalam lemarinya, ia tak jua menemukan pakaian yang setidaknya tidak akan melorot dari bahu Renjun.

Lucas membalik badannya dengan sebal. “Kenapa sih kau itu begitu cebol hingga sulit mencari pakaian untukmu?” Ia berkacak pinggang.

Renjun melotot seraya meremat handuk berwarna putih yang melingkari pinggangnya. “Apa maksudmu?! Kau mau berkelahi denganku, sekarang?”

Lucas balas memelototi Renjun. “Kau itu cebol! Aku sulit mencari pakaianmu!”

“Kalau begitu tidak usah! Biar aku telanjang saja!” Ancam Renjun. Pikirnya, Lucas akan panik dan segera memberikannya pakaian. Yang pasti, ia tak ingin memakai handuk terus begini.

“Oh, tidak apa-apa? Baiklah,” balas Lucas santai seraya melangkah keluar lemari pakaiannya.

“Hei, idiot!” Renjun menarik tangan Lucas sekuat tenaga hingga tubuhnya nyaris jatuh ke belakang. “Cepat berikan aku piyama. Yang manapun, cepat!”

“Tadi katamu—”

“Berikan atau nyawamu melayang?” Renjun menatap Lucas tajam.

Lucas menelan salivanya kasar. Pemuda mungil di hadapannya ini benar-benar memiliki kekuatan mengintimidasi, sangat cocok untuk menjadi seorang perampok.

Mungkin karena itu Tuhan menciptakannya dalam ukuran mini. Memang Tuhan tahu yang terbaik, pikir Lucas lega.

Segera saja, Lucas menyambar satu stel piyama miliknya, dan menyerahkannya kepada Renjun.

“Ini,” ujar Lucas pelan.

Renjun menerima piyama itu dengan senyuman manis. Berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya tadi.

“Terima kasih,” balas Renjun.

Lucas menghela nafas lega. “Kalau begitu aku akan keluar—”

“Tunggu.” Renjun mencengkram pergelangan tangan Lucas.

“Kenapa lagi, sekretaris Huang?” Lucas nyaris saja ingin menyentil hidung mungil pemuda itu karena sebal.

Not Your Typical CEO [Lucas x Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang