Renjun membuka kedua kelopak matanya. Sesaat ia termenung, mempertanyakan berada dimana dirinya, tetapi kemudian ia teringat kejadian menyakitkan semalam.
Semalam? Sudah dua hari yang lalu, sebenarnya. Tetapi rasanya seperti baru saja terjadi.
Kejadian itu terus berputar dalam kepala Renjun. Terus terulang-ulang. Ia mungkin bertingkah seolah ia kuat di hadapan Lucas, namun, saat sudah memasuki kamar yang disediakan atasannya itu, Renjun mulai menangis.
Sudah dua malam Renjun menangis sendirian.
Bagaimana bisa Renjun melupakan setiap sentuhan tangan Donghyuck yang panas? Bagaimana bisa Renjun melupakan pandangan Donghyuck yang seolah membakar dirinya?
Pemuda itu menarik selimutnya hingga menutupi hidungnya. Ia gusar dan tak bisa tidur. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa Renjun terlambat bangun pagi.
Maka, Renjun menendang selimutnya lalu bangkit dari tidur. Ia termenung sebentar di atas ranjang, lalu memutuskan untuk membuat segelas susu hangat.
Tetapi saat keluar dari kamarnya, rungu pemuda manis itu disapa oleh suara petikan gitar.
Keningnya berkerut, alisnya bertaut. Siapa yang memainkan gitar selarut ini? Hanya ada dirinya dan Lucas di sini. Tetapi Renjun tak yakin itu Lucas yang melakukannya.
Tetapi nyatanya dugaan Renjun salah.
Di ruang TV, Wong Yukhei, masih dengan pakaian tidurnya—kaus putih polos dan sweatpants berwarna abu—tengah asyik menggerakan jemarinya di atas senar gitar.
Pemuda itu tampak begitu serius. Tampak lupa akan dunia di sekelilingnya.
Wong Yukhei tengah tenggelam dalam dunianya sendiri. Ia begitu serius hingga Renjun rasanya tak tega untuk sekadar menyapa Lucas.
Selain itu, permainan gitar pemuda itu sangatlah indah di telinganya. Sedikit rasa tak rela terbit, enggan permainan itu diinterupsi bahkan oleh dirinya sendiri.
Ia tak pernah bangun tengah malam seperti ini. Jadi, ia belum pernah sekalipun menyaksikan Lucas bermain gitar.
Tetapi, Renjun sepertinya akan rela terbangun malam hari seperti ini apabila dihadiahi sebuah simfoni yang memerangkap hatinya.
Renjun tanpa sadar mencengkram pintu pemisah kamarnya dan ruang TV. Permainan Lucas benar-benar berada di level yang berbeda.
Namun, tiba-tiba saja, Lucas mengangkat wajahnya yang menunduk, lalu menatap Renjun yang sedang mengintipinya.
Lucas tampak kebingungan. “Ada apa, Renjun-ah?”
Tiba-tiba disapa seperti itu, membuat Renjun gugup dan salah tingkah. Ia merasakan kata yang akan keluar menjadi terbata.
“Ti-tidak, aku hanya—”
Lucas meletakkan gitarnya pada lengan sofa, menyandarkannya di sana. “Kau tidak bisa tidur? Kemarilah.”
Dan Renjun sulit untuk menolak permintaan itu. Entah mengapa, Lucas sangat berbeda dari biasanya.
Pemuda Huang itu lalu menutup pintu kamarnya dengan pelan, dan berjalan menuju sofa. Ia duduk di sebelah Lucas yang kini tengah tersenyum simpul padanya.
“Belum terbiasa di apartemenku, ya?” tanya Lucas.
“Tidak, bukan seperti itu,” jawab Renjun. Ia memainkan ujung piyama milik Lucas yang ia kenakan. “Aku hanya teringat terus dengan kejadian itu. Dengan Donghyuck. Segalanya.”
Ini seperti sebuah sihir. Sepertinya tengah malam memang memiliki sihir tersendiri. Segala kekhawatiran Renjun yang tadinya sangat sulit ia ceritakan, apalagi pada Lucas, seseorang yang tidak dekat dengannya, menjadi begitu mudah mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Typical CEO [Lucas x Renjun]
FanficHanya sebuah cerita tentang keseharian pemuda bernama Huang Renjun menjadi sekretaris CEO perusahaan ternama, Wong Yukhei.