"Jen, lo gak ada ikut klub apa-apa sekarang?", tanya Bomi yang lagi ngerjain tugasnya itu bareng Hani di perpustakaan.
Jennie yang daritadi nganggur cuman bolak-balik buku secara random cuman ngehela nafas sambil menggeleng, "gue gaktau mau masuk klub apa. Kayaknya gue gak ada yang minat?", jawabnya loyo.
Bomi menghentikan aktivitasnya sebentar, "masa klub di kampus sebanyak itu lo gak ada yang minat, sih? Sekarang gue tanya, lo sukanya apa?", tanya Bomi lagi.
Jennie mulai berpikir, "eummm, makan", katanya dengan wajah polos yang bikin Bomi merasa pengen nimpuk Dia.
Hani yang tadinya sibuk nulis langsung noleh, "goblok", celetuknya.
Jennie langsung manyun, "ih, emang kenapa kalo suka makan? Lo berdua bisa mati, ya kak kalo gak makan", ujarnya membela diri dengan polos.
Bomi cuman menghela nafas, "eh, Jennie. Namanya makan itu kebutuhan, bukan kesukaan", katanya lagi.
Penjelasan pendek Bomi tadi cuman berbuah cengengasan dari Jennie. Dia langsung kembali masang bibir manyun, "lagian, klub disini pada bosenin semua. Maksudnya kayak udah mainstream gitu. Emang kak Bomi sama kak Hani ikut klub apa?", Jennie bertanya.
Serentak mereka berdua langsung menjawab, "taekwondo", kata mereka semangat.
Jennie cuman ngangguk, "gue gak suka hal-hal yang berhubungan dengan bela diri", katanya.
"Eh, Jennie. Namanya perempuan juga harus tau ilmu bela diri. Kalo seandainya lo diculik terus gak ada yang bisa nolong lo? Lo cuman punya diri lo sendiri", kata Bomi lagi memberikan advise.
Jennie tak menggubris. Kembali melemparkan pertanyaan kepada duo bobrok itu, "kak, kalo klub tentang literatur atau sastra gitu ada, gak?".
Keduanya langsung menoleh secara serentak, "kenapa? Lo mau jadi penulis, ya?", tanya Hani.
Jennie cuman menggeleng, "bukan. Paling engga gue dapat ilmu buat nyusun makalah. Tugas gue kena revisi terus sama Mrs. Kim", curcolnya.
Keduanya cuman mengangguk paham, "ada, sih. Tapi anggotanya sedikit banget kalo gak salah. Peraturannya kan tiap klub itu masing-masing punya 7 anggota. Dan pas banget itu klub anggotanya cuman 7", jawab Bomi.
"Dan kalo seandainya lo gabung, jadi 8 deh", timpal Hani.
Dengan mantap Jennie mengangguk antusias. Klub dengan jumlah anggota sedikit adalah impian dan keinginannya. Jadi Dia gak perlu sesak-sesakan kalo ngumpul bareng satu klub.
"Boleh boleh. Gue daftar kesana aja, deh. Klub apa namanya?", tanyanya antusias.
Bomi terdiam sebentar. Berusaha mengingat nama klub yang sepi peminat itu, "klub seni sastra dan literatur", jawabnya.
Kali ini Hani kembali menoleh, "tapi, lo yakin mau masuk klub itu? Denger-denger itu klub ngebosenin banget karena lo cuman dikasih makan teori doang".
Jennie mengangguk mantap, "bodo amet, mah soal teori. Otak gue cepet nangkep kok kalo soal hafalan. Lagian anggotanya sepi, itu yang gue cari", ujarnya.
Hani dan Bomi hanya menatap antipati Jennie yang emang paling beda di antara mahasiswa lain.
"Gak ngerti lagi gue sama lo. Nyari klub yang sepi peminat. Apaan", kata Bomi sedikit mengoceh.
"Tau, tuh. Padahal tadi bilangnya klub dikampus bosenin dan mainstream semua", timpal Hani lagi.
"Ih, biarin! Terus, gue harus daftar sama siapa?", tanya Jennie.
"Ya sama ketuanya", sahut Bomi.
"Siapa?".
Bomi akhirnya menoleh. Kali ini dengan tatapan yang lebih intens dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 R I N G S - J E N N I E
HumorTerima kenyataan untuk tinggal di dorm sisa-sisa? Bareng 7 cowok ganteng? Pilih siapa? Attention! • bahasacakadul • non baku dan semi baku • seoul citarasa lokal Rank : #1 in Taennie #1 in Jaewon #1 in Jenwon #1 in Jenwoo #1 in Jennie #1 in Jenbu...