Berdiri di antara Dua Cermin

17 4 1
                                    

Pintu teater tiga telah dibuka, bagi penonton yang telah memiliki karcis, dipersilahkan untuk memasuki ruangan teater.

"Bajingan" ucapku perlahan. Kulihat jam dan betul saja Aku tertidur di koridor bioskop yang sama lagi, berarti elegi Kara hanya sebatas imaji?

Ada sesuatu yang lebih menakutkan dibandingkan ketakutanku, yaitu imajinasiku. Sejak kapan bisa membentuk wanita secantik Kara, padahal biasanya hanya diisi keinginan untuk bunuh diri.

Aku mengecek kesadaranku, seperti tak tersadarkan kala aku membuat dosa. Lorong bioskoppun masih terasa lengang, hanya ada seorang lelaki dengan sejuta keresahannya.








Kara, apakah kau nyata?
Atau sebatas buah pikir orang lelah?
Jika iya, kuberharap bisa menjamu
Walau hanya sedetik temu

Tolong
Aku merasa asing dengan diriku sendiri
Kara, kau tak hanya batari
Kau adalah mentari




Tunggu, bagaimana bisa aku berakhir di bioskop tua yang tak beroperasi lagi ini?

Puisi Untuk KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang