Tunggu sebentar, aku mulai ingat kenapa Aku disini.
24 Januari
Tok tok tok"Betul dengan Bapak Esa?"
"Betul, Mahesa Javandi Guntjara"
"Bolehkah kami masuk?"
"Tentu, tentu silakhan"
Memoriku perlahan-lahan terangkat, seperti ada dosa yang menyembul tak berkesudahan. Polisi yang senantiasa di kepalaku seperti malaikat pencabut nyawa, dimana nasibku berada di tangannya yang kotor.
"Perkenalkan, Saya IPDA Adam Radja Simatupang. Bekerja untuk Kepolisian Daerah Prapat. Sebelumnya, Saya ingin mengonfirmasi bahwasannya Minggu lalu Bapak berada di kereta menuju ke Prapat. Boleh disebutkan kereta apa yang dikendarai?"
"Sribilah, Eksekutif"
"Baik, sesuai dengan data yang kami kumpulkan. Apakah Bapak tahu disaat Bapak di Kereta tersebut ada aksi kriminalitas?"
"Tidak"
"Baik, bagaimana kondisi kereta kala itu?"
"Sepi, terlebih saya di eksekutif. Hanya ada sekitar empat orang di kereta itu."
"Baik, sesuai dengan data yang kami kumpulkan. Di antara semua itu apakah Anda sempat berbincang-bincang dengan seseorang?"
"Ya, Kara. Gadis belia, pendek, berkacamata, berjilbab"
"Ada satu hal yang lebih besar dari itu semua bukan? Apakah kau ingat?"
"Seingat saya hanya itu"
"Baiklah, terima kasih atas waktunya Pak Esa. Saya mohon pamit"
"Baik Pak"
12 Februari
"Kara,
Ini aku Esa. Aku rindu, kala langit meringis, Aku menyudahi segala keresahanku. Aku menitip seribu kasih tanpa berharap lebih, maupun kembali. Wahai engkau yang senyumnya ranum, KBBI pun kehabisan kata-kata untuk menjelaskanmu. Kau bukanlah kata benda, kau adalah kata sifat. Kau lebih dari seorang manusia, kau adalah seorang batari.Aku sadar kita baru sedetik bertemu, tapi izinkanlah aku untuk menemanimu tanpa sedetikpun terlewat.
Sadarlah pula aku perasaan ini mungkin tak berbalas, tak pernah aku berpikir sedikitpun memaksa dan memintamu untuk membalasnya.
Impianku tak lebih dan tak kurang adalah menggandeng tanganmu hingga kita berdua menua. Semoga impianku tercapai dan engkau membalas segala rasa yang ada.
Hey, aku ingin tahu kekuranganmu sesegera mungkin. Jadi, ketika kita bersama kelak saat menikmati senja yang perlahan ditelan bumi, aku bisa membuatmu tersenyum dengan menghinamu lalu mencintai kekuranganmu itu.
Penuh cinta,
Esa"3 Maret
Hari ini berbeda dengan hari biasanya, ada euforia ketika ada mendengar kabar bahwasannya Kara membalas suratku. Rasa berdegup kencang tak percaya muncul dengan sewenang-wenang tanpa persetujuan akal sehat. Kulihat di amplop tersebut berwarna merah jambu dengan tulisan "Untuk Esa"
"Hai Esa,
Ini aku Kara, Aku senang kau menulis surat untukku. Membuatku merasa spesial dikala Aku tahu kondisimu bukanlah yang terbaik saat ini. Mohon maaf, bukannya tak ingin menghabiskan waktu bersamamu. Akan tetapi kita tak berada di ruang, waktu, planet, dan galaksi yang tepat.Bukan inginku menolakmu, Semestalah yang tak meridainya. Aku ingin menulis lembaran baru bersamamu, tapi bukan dalam hubungan cinta. Kau orang yang hebat Esa, kalahlah jumlah pasir di pantai dengan kebaikan dan ketangguhanmu.
Demikian,
Kara"Aku tertegun.
Seperti galaksi yang kutumpangi telah berkhianat padaku.
Aku tak pernah mengerti masalah wanita.
Tapi yang ini, menyerahku takkan mudah.