Andai Mei Tahu

32 0 0
                                        

Tak mudah melewati semua ini, berbulan-bulan tak berkabar dirinya. Aku ingin membenamkan perasaan di tempat yang tidak semestinya. Tapi sebelum menceritakannya lebih lanjut aku punya sesuatu untuk dikatakan.

Rasanya asing aku menceritakan semua ini tanpa memperkenalkan diriku. Namaku Mahesa, umurku 21 tahun, darah Jawa-Medan. Pekerjaanku adalah freelance, akan tetapi tetap makmur. Maklumlah bapakku pengusaha tambang. Aku anak tunggal.

Aku....tengah berusaha mengingat sepenuhnya.

Jika memang memoriku dipaksa dimulai ulang oleh Tuhan, mengapa masih menyisakan memori dirinya?

Apakah seharmoni itu dirinya?

Apakah seirama itu dirinya?

Aku seperti sangat mengenalnya padahal dia hanya berada di satu hari hidupku, Tuhan menciptakan hambanya dengan berbeda-beda sesuai dengan ketulusan hatinya.

Mengapa menciptakanku dengan penuh penyesalan akan masa lalu?

Aku suka bertanya-tanya sepanjang 20 menit mengitari bioskop tak berpenghuni ini tentang apakah intensi dan motivasiku masih mempertanyakan keberadaanku dan berusaha kembali menatap senyum Kara untuk sekali lagi, terakhir kalinya.

















Kara
Kutulis surat ini di bulan Mei
Isinya adalah segala tanya dan rasa
Rasa yang ada dan akan selalu ada
Izinkan aku melihat senyummu secara langsung sekali lagi

Kara
Hatiku kian bersemi di bulan Mei
Diantara panasnya Medan aku menggigil
Beku diantara bebukitan tandus
Mencari cara melihat senyummu lagi

Kara
Andai Mei tahu rasaku untukmu
Dia takkan mau menjadi Juni
Takut rasaku yang berdetak tiap detik di bulannya hancur
Dirimu indah

Kara
Jikalau Mei bisa berbicara
Dia juga akan menjadi perantara
Antara keinginanku untuk melihat senyummu lagi
Atau ikut melihat senyummu jua
Sungguh rindu

Kara
Kututup bulan Mei
Hanya dengan satu kata
Sebab seribu kalimatpun tak cukup untukmu
Rindu

Puisi Untuk KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang