Ini sebenernya lanjutan dari part sebelumnya, tapi karena aku rasa kepanjangan jadi aku pisah jadi dua part..
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa di ramein juga yaaaSetelah berpamitan pada Janita, Cakra sebenarnya tidak benar-benar meninggalkan Janita sendirian. Cakra memilih berdiam diri di dalam mobilnya sampai ketika Janita keluar dari cafe tersebut dan di hentikan oleh sosok yang sedang berada di hadapan Janita sekarang.
"Janita kan?"
"Kak Jeffrian?"
Jeffrian segera keluar dari mobilnya hendak menemui gadis dengan rambut kuncir kuda tersebut. "Jani ngapain disini? Udah mau hujan loh ini."
"Ini mau pulang kak." Jawab Janita pelan.
Tapi Jeffrian keburu menangkap raut wajah Janita serta kedua mata milik gadis itu yang terlihat memerah dan sembab.
"Aku anterin pulang. Jangan nolak yah." Setelah itu Jeffrian menarik tangan Janita dan mendudukan Janita di kursi penumpang.
Cakra masih setia memandangi aktivitas dari kedua orang yang berada tidak jauh di depan mobil miliknya. Di satu sisi Cakra tenang dan lega karena Janita pulang bersama seseorang yang bersama gadis itu kemarin.
"Aku bersyukur ada seseorang yang akan segera mengantikan aku Jani."
Janita, Alisha dan juga Mark mereka bertiga sedang berada di taman kampus. Mark tengah memakan makanan hasil go-foodnya tadi bersama dengan Alisha sedangkan Janita sibuk dengan laptop dan beberapa kertas yang penuh dengan hasil karya dosen pembimbingnya.
"MARK!! MANEH DIMANA?"
"Shit!! Kenapa harus kesini sih."
Janita yang mendengar Mark mengumpat dengan tidak sengaja langsung memukul lengan lelaki di sampingnya itu. "Lagi makan juga. Jaga bahasanya."
"MARK!! SIA DIMANA KEHED."
"Siapa sih anjir bacot banget." Tanya Alisha yang sudah mulai ternganggu.
Tidak lama kemudian muncul seseorang dengan tubuh lebih tinggi dan lebih besar dari Mark. "Maneh ku aing di teangan ti tatadi malah ngeunah cicing jeung awewe."
Mark yang mendengar hal tersebut langsung menggelengkan kepalanya, kemudian tangannya melempar botol air mineral bekas yang ada di hadapannya.
"Bacot banget sumpah. Malu maluin anjir. Ngapain lo kesini?"
"Aing neangan maneh lah. Di teangan ku indung maneh."
"Lucas!! Bisa stop lo ngomong pake bahasa sunda? Pusing gue." Keluh Mark.
Alisha dan Janita saling melirik satu sama lain, kemudian Alisha merapat ke arah Janita dan membisikan sesuatu. "Lo kenal dia siapa?"
Janita kemudian menggeleng. "Baru liat gue juga."
Lucas-- orang yang tadi disebutkan namanya oleh Mark tersebut langsung mengambil tempat di hadapan mereka bertiga kemudian tangannya langsung menarik kotak makanan yang masih ada di tangan Mark.
"Laper, maap ya." Ucap Lucas sebelum menghabiskan semua makanan milik Mark.
Kemudian Mark beralih pada kedua sahabatnya yang masih setia menatap kegiatan Lucas dan juga Mark dengan tatapan heran. "Kenalin, dia Lucas anaknya dari tante gue."
Lucas yang merasa namanya disebut pun langsung tersenyum. "Aduh teteh-teteh geulis, kenalin.. Lucas."
"Alisha."
"Janita."
Lucas kemudian tertawa kencang. "Aing teu nyangka maneh babaturan jeung teteh-teteh geulis. Naha teu bebeja maneh ka urang."
Alisha kemudian menggelengkan kepalanya. "Mark.. lo yakin punya keturunan darah bule Kanada?"
"Lo juga.." Tunjuk Alisha pada Lucas.
"Nama aja bule tapi ngomong udah kaya kabayan."
Bukannya menanggapi omongan Alisha, Lucas hanya tertawa kencang sambil merangkul bahu milik Mark.
"Lo ngapain sih ngedatengin gue kesini? Kurang kerjaan banget." Sungut Mark pada Lucas yang masih terus tertawa.
"Aisia di bejaan ceuk urang di teangan ku indung maneh. Aya acara di imah maneh." Jelas Lucas.
Mark langsung menepuk jidatnya pelan. "Aduh sumpah gue beneran lupa. Mampus aja Mami ngomel nih pasti."
"Ceuk aing ge naon."
Mark langsung membereskan semua barang-barangnya yang masih berantakan. "Lo berdua ikut ke rumah gue ya."
Janita langsung menoleh. "Ngapain?"
"Mami ada acara keluarga terus ngundang lo berdua juga."
Alisha langsung tersenyum senang. "Asik bisa makan gratis. Ayo Jani."
Maminya Mark memang sudah kenal dan dekat dengan Janita dan Alisha, tidak jarang juga ketika di rumah Mark sedang ada acara seperti sekarang Janita dan Alisha ikut di undang khusus oleh Maminya Mark.
Sesampainya di rumah keluarga Mark, Maminya Mark langsung menyambut kedatangan Janita dan Alisha dan langsung mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam.
"Mark, ada Jeffrian tuh di belakang. Baru dateng sama Ambunya."
Setelah berkata seperti itu, Maminya Mark pamit untuk kenbali ke teras depan menemui beberapa saudaranya yang baru saja datang. Dan sekarang Mark beralih pada kedua sahabatnya dan juga Lucas.
"Pindah ke belakang yuk, ada bang Jeffrian juga."
Jeffrian sedikit terkejut ketika melihat Janita yang datang bersama Mark, pasalnya dia tidak tahu kalau gadis itu ada di rumah sepupunya juga.
Mark menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kalau ada bang Cakra pasti lebih rame."
Janita langsung menegakan tubuhnya ketika mendengar sebuah nama yang dua hari belakangan ini menjadi alasan dirinya tidak bersemangat dalam hal apapun. Jeffrian pun sama, sedikit terkejut tetapi sedetik kemudian langsung melemparkan tatapannya pada gadis yang tengah menunduk di samping kanan sepupunya.
"Mark.." cicit Janita.
Mark yang mendengar namanya di panggil pun langsung memusatkan seluruh fokusnya pada sahabanya. "Kenapa Janita?"
"Kak Cakra udah pulang." Janita mengucapkan hal tersebut sembari mengangkat kepalanya dan terlihat kalau matanya mulai memerah dan sudah mulai basah karena air mata.
Jeffrian khawatir dengan kondisi gadis itu.
"Seriusan lo? Udah ketemu bang Cakra?"
Janita mengangguk. "Dia pulang sama tunangannya."
Mark membulatkan matanya, tidak hanya Mark yang terkejut tetapi Alisha bahkan Lucas yang tidak mengerti dengan permasalahannya pun ikut terkejut.
"Jani seriusan? Jangan bercanda." Seru Alisha.
Air mata Janita sudah tidak bisa di bendung lagi. "Buat apa gue bercanda soal ini Sha, bahkan kak Cakra sendiri yang ngenalin tunangannya ke gue."
Alisha langsung bergerak untuk memeluk sahabatnya tersebut sedangkan Mark masih mencoba untuk menetralkan emosinya.
"Brengsek!! Setelah sekian lama engga ketemu terus begitu ketemu dia ngenalin tunangannya ke lo? Sampah banget idupnya."
Berbeda dengan Mark, Alisha kini memilih menenangkan Janita yang sudah menangis dengan cukup kencang. Janita baru kali ini dia menangis dengan hebat seperti ini. Sepertinya pengaruh Cakra cukup besar di hidupnya.
"Udah lah lo tinggalin aja manusia kaya dia, gue engga mau lo cuma di sakitin doang sama dia. Kalau perlu gue yang datengin dia sekarang ke rumahnya minta perhitungan sama dia." Emosi Mark.
Sedari tadi Jeffrian hanya bisa memandang semua orang yang ada di hadapannya. Jeffrian tidak bisa berbuat apa-apa, biarkan Janita berbagi kesedihannya dengan orang terdekatnya.
"Maneh sok rek ngajak gelut tapi sieun ku cucunguk." Ucap Lucas yang langsung di hadiahi jitakan keras dari Mark.