Tinggalkan jejak nya ya, jangan lupa juga share ke semua temen kalian biar mereka tau cerita ini 🤍
Siang ini Janita mendadak diminta oleh dosen pembimbing skripsi nya untuk datang ke kampus dan menyerahkan beberapa draft bab skripsi.
"Untung aja udah di print coba kalau belum." Keluh Janita sembari berjalan menuju ruangan dosen pembimbing nya.
Sekitar empat puluh lima menit Janita berada di ruangan dosen pembimbing nya tersebut dan menerima beberapa masukan dan juga kritikan untuk penulisan skripsi nya, Janita yang keluar dari ruangan tersebut terlihat sangat berantakan.
Dosen nya berulang kali menyudutkan Janita karena sampel data yang diambil Janita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dosen tersebut.
"Janita.. udah dua minggu lebih loh kamu saya perhatikan salah terus, kan sudah saya beri tahu untuk pengambilan data nya seperti apa dan ini coba kamu lihat di beberapa kalimat dalam paragraf nya itu rancu."
"Saya cape ngurusin kamu dan skripsi kamu ini. Kamu cari dosen lain aja ya."
"Pak jangan pak."
"Terus gimana Janita? Mahasiswa saya yang lain sudah banyak yang selesai loh."
"Tapi kan bapak waktu saya bimbingan, bapak gak pernah jelasin detail."
"Ya seharus nya kamu lebih kreatif, cari tahu di luar jangan cuma mengandalkan saya saja."
Memikirkan kejadian di ruang dosen tadi dan juga perkataan dari dosen pembimbing nya membuat Janita pusing sekaligus takut. Takut jika nantinya mengecewkan banyak pihak termasuk kakak satu-satu nya Janita yang selama ini mengurus segala hal termasuk biaya perkuliahan nya.
Sebelum kembali ke rumah, Janita menyempatkan untuk pergi ke kantin untuk membeli susu ultra cokelat.
Langkah kaki Janita terhenti ketika selesai membeli susu ultra cokelat dan sekarang Janita terpaku melihat apa yang ada di hadapan nya sekarang.
Tepat di depan lobby fakultas, ia melihat sosok lelaki yang ia temui beberapa hari lalu tetapi beda nya hari ini sosok tersebut mengenakan pakaian yang lebih formal dan juga bersama perempuan yang berada di samping nya.
"Kak Cakra." Ucap Janita tanpa suara.
Tepat setelah Janita berucap seperti itu, Cakra menoleh dan mendapati Janita yang masih berdiri seolah sedang memperhatikan mereka.
"Janita."
Lamunan Janita langsung buyar seketika ketika mendengar nama nya dipanggil.
Terlihat sosok Ibu Cakra yang berdiri tidak jauh dari tempat Cakra dan perempuan yang berada di samping nya itu.
"Bisa kemari sebentar."
Mau tidak mau Janita melangkahkan kakinya walaupun rasanya berat harus menghadapi sosok yang selama ini Janita sayangi.
"Ada apa bu?"
Ibu Cakra tersenyum, kemudian beralih melirik anak nya yang seperti nya tidak mau melihat kejadian saat ini sehingga membuang pandangan nya.
"Saya dengar di ruang dosen tadi, Pak Sandi menyerah untuk jadi dosen pembimbing kamu. Kamu bikin masalah apa sampai Pak Sandi mundur seperti itu?"
Tidak hanya Janita yang terkejut mendengar hal tersebut, tetapi juga Cakra yang langsung beralih pada Ibu nya.
"Untung nya anak saya sudah lepas dari kamu, jadi anak saya tidak usah malu karena memiliki pacar yang hobi nya membuat masalah dengan dosen."
Kedua mata Janita memanas mendengar hal tersebut, terlebih lagi saat ini ia berada di depan Cakra dan perempuan yang Cakra kenalkan sebagai tunangan nya.
Marah dan malu bercampur aduk yang sekarang Janita rasakan. Tangan nya mengepal dengan kuat sampai buku-buku tangan nya memutih.
"Saya tidak pernah salah pilih kalau Celine sangat berbeda jauh dengan kamu."
Tepat setelah air mata nya menetes, Janita merasa tangan nya ditarik dan kini tubuh nya berada di belakang tubuh seseorang seolah tengah melindungi nya.
"Apa seperti ini omongan yang seharus nya keluar dari mulut seorang Dekan Fakultas?"
"Mempermalukan mahasiswa nya sendiri. Apa Ibu pernah berpikir kalau tindakan Ibu barusan bisa berpengaruh besar pada mental seseorang?"
"Saya rasa percuma jika seseorang memiliki banyak ilmu tetapi berbanding terbalik dengan semua ucapan nya, dan ternyata anda sama saja dengan orang tidak berpendidikan."
Setelah mengatakan hal tersebut, Janita merasa orang tersebut membawa dirinya menuju parkiran kemudian membukakan pintu mobil untuk dirinya.
"Jani, ini aku."
Janita yang masih menundukan kepala nya langsung mengangkat kepala nya. "Kak Jeffrian."
Entah kenapa melihat tatapan sendu dari Jeffrian membuat Janita menangis kembali, mencoba mengeluarkan segala emosi nya.
Tanpa perintah dari siapa pun, Jeffrian menarik tubuh Janita ke dalam dekapan nya. Di dalam pelukan Jeffrian Janita kembali terisak lebih dari sebelum nya.
Yang dilakukan Jeffrian hanya mengelus punggung belakang dan kepala Janita, Jeffrian memberika kesempatan untuk Janita mengeluarkan semua emosi nya.
Setelah lebih tenang, Jeffrian mengurai pelukan nya kemudian menatap Janita dengan wajah yang sembab dan mata nya memerah.
"Mau pulang aja?" Tanya Jeffrian.
Janita menggeleng. "Kak Johnny ada di rumah."
Jeffrian paham seperti nya Janita tidak ingin melihat kakak laki-laki nya itu khawatir.
"Sekarang Jani mau kemana?"
Janita terdiam sejenak kemudian merapihkan tampilan nya sebentar. "Aku mau ketemu Ambu nya kak Jeffrian, boleh?"
Jeffrian sedikit terkejut dengan permintaan Janita tetapi sedetik kemudian langsung ia sanggupi.
"Boleh. Mau berangkat sekarang?"
Janita mengangguk.
Setelah nya, selama di perjalanan Jeffrian sesekali menanyakan tentang beberapa hal pada Janita kemudian tangan nya terulur untuk menyalakan musik.
Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Kuberharap
Meski berat, kau tak merasa sendiriKau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biar kumenemanimu
Membasuh lelahmuJeffrian sesekali melirik ke arah Janita untuk memastikan keadaan gadis itu. Jeffrian hanya tidak ingin melihat Janita seperti tadi.
Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawaBiar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagiaAku di sini
Walau letih, coba lagi, jangan berhenti
Kuberharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri"Jani.."
Janita beralih pada Jeffrian yang masih sibuk menyetir disebelah kanan nya. "Ya kak? Kenapa?"
Tangan Jeffrian terulur untuk mengenggam tangan kanan milik Janita, awalnya Janita sempat terkejut karena perlakuan tiba-tiba dari Jeffrian.
"Kamu gak sendiri, ada aku disini. Kamu boleh berkeluh kesah atau pun nangis di depan aku."
"Aku mau jadi orang yang selalu kamu pikirkan ketika kamu susah dan sendiri."