new year eve

457 38 3
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Jarum pendek belum menyentuh angka dua belas tetapi euphoria tahun baru sudah membuncah. Semesta cuma bisa pandang malas kawan-kawannya yang menggila di tepian api unggun. Kak Wira terlihat asyik bersenandung dengan iringan gitar dalam pelukannya. Peter pun turut sumbang suara kendati yang dilakukannya sedari tadi hanyalah meneriakkan lirik lagu yang ia hapal saja. Rino juga Bisma sudah menari tidak karuan di tengah sana, pula Jingga yang turut ambil bagian dengan menabuh ember plastik yang entah ia dapat dari mana.

Rencana untuk menghabiskan malam pergantian tahun dengan menikmati api unggun serta debur ombak hanya tinggal wacana. Semesta cuma dapat merutuk pada Felix yang berpikir bahwa membawa minuman beralkohol merupakan ide cerdas luar biasa.

Malam belum menua, tetapi setengah dari kesadaran kawannya sudah mengawang entah kemana. Kak Krisna yang biasa rasional juga tiba-tiba lupa daratan. 4 kaleng kosong bekas bir berserak disampingnya, lengannya dengan kasual melingkar di pinggang Wira, sesuatu yang sober Krisna tidak pernah akan lakukan secara cuma-cuma.

Hanya satu yang membuat Semesta sedikit lega, setidaknya sore tadi mereka sempat mendirikan tenda. Ia tak tahu apa yang akan terjadi jika mereka memutuskan untuk mendirikan tempat bernaung sementara itu setelah perayaan selesai. Semesta sih sebenarnya tidak peduli, mau temannya masuk dan hanyut ke laut pun masa bodoh. Tetapi ia ada di tempat kejadian sekarang, 'kan tidak lucu tahun baru ia habiskan untuk mendekam di sel tahanan.

Pandangan pemuda manis itu mengedar, menghitung kepala untuk memastikan bahwa jumlah kawannya masih lengkap. Tujuh, delapan.. termasuk dirinya, satu kepala hilang. Semesta berharap satu temannya tidaklah benar-benar hanyut ke laut sana.

Ia kemudian berdiri, menepis pelan celananya guna merontokkan pasir yang menempel disana. Erangan Felix ia hiraukan, siapa suruh seenak jidat menganggap bahunya tempat bersinggah yang tepat?

Kaki berlapis sandal jepit itu ia ayunkan, menyusuri garis pantai pelan-pelan. Bibirnya bergerak, rapal lirik lagu yang terngiang di kepalanya. Langkahnya berhenti, pandang batu karang besar tempat seseorang tengah duduk menyamankan diri.

Semesta bukan pakar bidang panjat-memanjat, makanya dia sendiri terkejut saat dapat dengan mudah menempatkan diri disamping sosok sang sahabat.

Hening. Hanya suara deburan ombak juga petikan gitar Wira yang sayup-sayup masih ia dengar. Semesta sengaja tak memulai obrolan, toh lelaki di sampingnya bakal bicara kalau dia menginginkan.

"How's life?"

Semesta mengerjap, pandang tak mengerti si surai hitam yang menanyakan kabar bak tak bersua dalam waktu lama. Di sampingnya 1 kaleng bir berdiri, Semesta cuma bisa mengira kalau Samudera sudah berada dibawah pengaruh minuman itu.

"Good, I guess." Jawab Semesta sekenanya.

Samudera berdehem, memilih mengistirahatkan kepalanya yang terasa berat pada bahu Semesta. Dan jika ia dapat merasakan tubuh Semesta menegang atas aksinya, Samudera piilih pura-pura tak mengerti.

To Be Loved [Hyunmin/Seungjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang