Harusnya perasaan senang kini menghinggapi Rea.
Pegangan tangan dan boncengan di motor Abim bukankah salah satu keinginan Rea sejak lama?
Bahkan tangan Abim ternyata lebih hangat dari yang pernah Rea bayangkan sebelumnya. Tapi Rea memang pernah sempat baca di salah satu artikel kalau orang berhati dingin itu genggaman tangannya hangat.
Tapi ya Rea siang ini seolah mati rasa terhadap perlakuan manis Abim. Otaknya benar-benar memikirkan dan mengkhawatirkan Illa.
Harusnya Rea memanfaatkan ini dengan berharap Abim bisa memperlambat kecepatan laju motornya agar ia bisa berlama-lama di bonceng oleh Abim. Tapi ia kini justru ingin Abim segera melajukan motornya agar mereka bisa segera tiba di Rumah Sakit.
"Rea..." panggil Abim begitu mereka tiba di Rumah Sakit.
"Apa?"
"Helm."
"Helm?" Awalnya Rea mencoba mencerna kata-kata Abim sampai akhirnya ia sadar ia ternyata masih memakai helmnya. "Oh iya helm." Rea lalu melepaskan helmnya dan memberikannya pada Abim untuk di taruh di motor Abim.
Rea lalu berjalan bersama Abim menuju ruang IGD dengan perasan khawatir.
Di luar IGD ada Nara, Qilla, Anne dan...
WIRA?
"Kok ada Wira disini?" tanya Rea pada Abim yang selalu di sampingnya.
"Wira pacar Illa."
"Sejak kapan? Kok Rea nggak tau?" tanya Rea bingung karena sahabatnya berpacaran dengan salah satu sahabat Abim yang dinginnya 11:12 dengan Abim.
"Kayaknya baru hari ini." jelas Abim.
Rea mengangguk-anggukkan kepalanya. Ternyata sahabatnya memiliki tipe kekasih yang sama dengannya. Walaupun Rea yakin kalau Wira pasti memperlakukan Illa lebih baik daripada Abim memperlakukan Rea.
Buktinya Wira kini ada di luar ruang IGD bersama sahabat-sahabat Rea dan Illa. Wajahnya yang pucat semakin terlihat pucat. Dia pasti sangat mengkhawatirkan sahabat Rea.
Rea langsung berpikir kalau Rea yang mengalami kecelakaan mungkin Abim tidak akan seperhatian Wira pada Illa. Abim pasti justru akan menyalahkan Rea karena Rea yang tidak hati-hati. Sudah biasa bukan Abim menyalahkan Rea dan tidak pernah membenarkan apa yang Rea lakukan.
Apalagi kalau hari dimana Rea kecelakaan berbarengan dengan hari olimpiade matematika atau fisika atau biologi atau kimia yang diikuti Abim sudah pasti Abim akan menjadi orang terdekat Rea yang terakhir menjenguk Rea. Atau mungkin Abim bahkan akan lupa untuk menjenguk Rea dan lupa kalau dia punya kekasih yang perlu untuk di jenguk.
Kok Rea jadi merasa miris dengan dirinya sendiri ya?
"Rea..." Suara Abim berhasil membuyarkan lamunan Rea.
"Hmm? Kenapa Abim?" tanya Rea pada kekasihnya yang kini berdiri di hadapan Rea yang tengah duduk menunggu kabar Illa.
"Solat dulu."
Rea langsung berdiri begitu Abim mengajaknya untuk ibadah. Rea hampir saja lupa kalau dia belum melaksanakan ibadahnya. "Yok Abim." kata Rea yang kemudian duduk lagi karena teringat sesuatu.
Abim lalu menatap Rea dengan tatapan bertanya 'kenapa?'.
Rea langsung menyunggingkan senyumnya yang memamerkan giginya. "Rea kan lagi halangan Abim." jelas Rea.
"Halangan?"
"Maksud Rea haid." jelas Rea yang membuat Abim langsung mengerti.
Abim mengangguk. "Jadi mau tinggal disini aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho
Teen Fiction"They call me psycho. Tapi gue bukan psycho serem yang dibayangin orang-orang. Gue psycho nya dalam hal cinta. Dalam mempertahankan hubungan cinta gue sama dia. Apa salah?" - Edrea Clarinta Ramaniya. _Jungri lokal vers_