13

1.1K 268 84
                                    

Keenam sahabat Abim langsung menatap Abim penasaran. Abim pun langsung mengusap bibirnya mencoba menghilangkan bekas lipstick Rea di bibirnya.

Ternyata mencium bibir perempuan tanpa ketahuan di dunia nyata memang sulit. Coba kalau di film-film atau drama kayaknya mereka mulus-mulus saja tapi Abim langsung ketahuan.

"Pewarna makanan ini," Abim menjawab pertanyaan Fazran itu datar.

"Makanan apa yang pewarnanya sampai luntur gitu?" tanya Raka penasaran.

"Pewarna makanannya udah mirip warna lipstick juga lagian," cibir Edzar.

"Udahlah jangan pada penasaran lo pada siapa yang dicium Abim, iya nggak Bim?" kata Galuh yang melirik pada Abim sambil tersenyum menggoda Abim.

Abim hanya mengangkat alisnya sementara sahabat-sahabatnya itu terkekeh melihat Abim yang paling suci diantara mereka terciduk habis mencium seorang perempuan.

Sebenarnya tanpa bertanya mereka tahu siapa perempuan yang dicium Abim. Hanya saja mereka bingung karena perempuan itu saat ini statusnya adalah mantan Abim. Dan karena sikap Abim yang terlalu dingin jadi apa dia yang dicium oleh Rea? Semua berpikiran begitu.

"Udah jangan pada godain si Abim. Sekarang mending semua pada balik ke kelas masing-masing nanti kita kumpul lagi pas pulang Sekolah terus survey tempat kerja kita," ajak Arvin.

***

"Lip cream lo berantakan amat Rea." Jari Nara kini sibuk merapikan lip cream yang berantakan di bibir Rea.

Rea membiarkan jari Nara melakukan yang dia mau di Parkiran itu. "Tadi abis dicium kucing gue. Kucingnya gue kira cewek taunya cowok berarti ya soalnya nafsu sama gue."

"Eh kehapus semua," kata Nara langsung menatap Rea dengan tatapan merasa bersalah.

Nara lalu membuka tasnya mencari sesuatu. "Biar gue pakein bibir lo lip cream lagi ya."

Rea langsung menghentikan Nara. "Nggak usah lah Ra gue lagian mau langsung pulang ini. Jadi bodo amat lah bibir pucet apa merah juga."

Nara akhirnya menghentikan kegiatan mencari lip cream nya lalu bersandar pada motornya.

"Kalau mau pulang duluan mah duluan aja Ra," kata Rea sambil melirik Nara.

"Nggak apa-apa Rea gue disini dulu nemenin lo nungguin Ila."

Rea mengangguk-anggukkan kepala. Mereka kini memang tengah menunggu Ila karena Ila mau ikut dibonceng oleh Rea karena katanya Wira akan ke suatu tempat pulang Sekolah ini. Karena Ila kini biasa berangkat Sekolah dengan Wira jadi dia tidak membawa kendaraan pribadinya.

Dari jauh Rea dan Nara bisa melihat Ila akhirnya muncul dan ia muncul bersama Wira, Edzar dan Abim. Dan mata Rea langsung tidak lepas dari laki-laki berjaket bomber hijau itu. Jaket yang dulu pernah Abim pinjamkan karena seragam Rea kotor kena saos hasil pembullyan para perempuan yang tidak suka hubungannya dengan Abim.

"Bener ya kata orang."

Nara melirik pada Rea bingung. "Bener apaan Rea?"

"Mantan kalau habis putus sama kita itu semakin ganteng," sahut Rea tanpa mengalihkan pandangannya dari Abim.

Nara mendengus. "Itu mah emang lo nya aja yang naksir berat sama Abim makanya mau kapan juga Abim tetep kelihatan semakin ganteng di mata lo."

Rea dan Nara akhirnya menghentikan perdebatan mereka begitu Wira, Ila, Edzar dan Abim sudah ada di depan mereka.

"Maafin gue lama ya Rea... Tadi disuruh guru bantu bawa buku ke ruang guru," kata Ila dengan wajah merasa bersalah.

Rea menganggukkan kepalanya. "Santai aja Ila."

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang