10. Ingin Balas Dendam

758 72 139
                                    

Happy Reading:>

"Dil, gue gak bisa nganterin lo pulang," tutur Arkan setelah melihat pesan di ponselnya, "Mama mau gue nganter dia buat ke rumah nenek gue yang lagi sakit. Lo gapapa kan?" tanya Arkan memastikan dan merasa tak enak hati. Pasalnya ini masih di tengah jalan, memang rumah Arkan tak sejalur dengan rumah Adila sehingga Arkan selalu datang pagi jika ingin berangkat dengan teman kecil kembarnya.

"Oh yaudah lo pulang aja, kasian tante Kinara nanti nungguin. Gue gak papa kok, santuy," balas Adira dengan cengiran.

"Tapi gue gak enak nurunin lo di tengah jalan gini, nanti lo kenapa-kenapa gimana?" ucap Arkan dengan raut wajah khawatir.

"Gak papa ihh, udah ahh sana lo pergi. Gue bisa naik taksi kok."

Arkan mengangguk pasrah dan meninggalkan Adila. "Gue jalan ya Dil. Lo hati-hati," Arkan melajukan mobilnya hingga menjauhi Adila.

Sekarang tinggalah Adila sendirian di tepi jalan trotoar sambil meratapi nasibnya. Wkwkw miris.

"Eh Adila," sapa Arsen yang kebetulan lewat di depan Adila. Cowok itu membuka helm nya hingga leluasa menatap Adila.

"Kenapa?" tanya Adila mencoba baik. Arsen menggeleng. "Mau pulang bareng gak?"

"Gak ah, gue gak mau ngerepotin lo."

"Lo gak ngerepotin kok. Udah naik aja," pinta Arsen. Adila hendak menolak lagi, namun sepertinya Adila takut, jadi dia memutuskan untuk menurunkan egonya dan naik ke atas motor Arsen.

Sepanjang jalan mereka hanya diam. Adila membuka ponselnya dan tak sengaja melihat pop up pesan dari Adira. Seketika Adila melebarkan matanya. "Eh, stop!! Stopp Sen!!" pinta Adila dengan berteriak sambil menepuk bahu Arsen. Karena merasa aneh, Arsen dengan segera menepikan motornya.

"Kenapa?"

"Lo hari ni gak rapat?" Arsen menggeleng sambil mengernyitkan dahinya bingung karena tak mengerti. "Emangnya kenapa?"

"Mampus!" Adila menepuk dahinya dan menyuruh Arsen melaju ke arah sekolahnya. "Puter balik ke arah sekolah, Cepetan!"

Arsen masih bertanya-tanya tapi langsung menurut dengan cepat.

Sampai di sekolah Adila langsung turun dan masuk ke sekolahan sambil memekikkan nama Adira. "DIRA!!" pekiknya kuat.

Adira yang masih setia duduk di kursi koridor dengan cepat melirik ke arah orang yang memanggilnya. Adira memicingkan matanya melihat Adila yang berlari menghampirinya.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Adira dengan penasaran, pasalnya Adila sudah lebih dulu pulang bersama Arkan tadi.

"Arkan tadi ada urusan dan gue tadi ketemu Arsen di jalan. Pas gue dapet pesan dari lo gue langsung inget kalo lo masih di sekolah."

"Rapatnya gak jadi?" tepat setelah bertanya itu Arsen langsung muncul. "Adira?"

"Rapatnya gak jadi?" Adira masih melontarkan pertanyaan yang sama.

Arsen menepuk dahinya, dia lupa jika rapat hari ini di batalkan. Berarti sedari tadi Adira sudah menunggu selama setengah jam?

"Maaf Dir, gue lupa ngabarin lo. Gue bener-bener lupa. Maaf," ucap Arsen merasa bersalah sambil menatap Adira.

"Gak papa kak, aku juga salah kenapa tadi gak nanya lagi," Adira menyengir sambil cengengesan.

"Udah ahh pulang yuk," ajak Adira sambil mengandeng tangan Adila.

Sedangkan Adila, dirinya masih menatap tajam Arsen yang sudah berani melupakan dan meninggalkan kembarannya sendiri.

Mereka pulang bersama naik angkutan umum, kebetulan Adila tidak membawa mobilnya karena tadi pagi mereka berangkat bersama Arkan. Tidak masalah bagi Adila dan Adira, meskipun mereka terbilang kaya, tapi mereka tak pernah menampilkan kekayaannya dan justru bergaya sederhana.

DILARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang