"Maaf, saya terlambat."
"Tidak perlu melapor, memangnya kapan kamu tidak terlambat, Hamdani Aisyah." Bu Mila mendelik mendapati seorang muridnya yang baru tiba saat bel telah berbunyi 30 menit lalu.
"Bukan Aisyah bu, tapi Asiyah."
" Apa bedanya? Menurut ibu sama saja."
"Tetap beda bu, Aisyah Radhiallahu Anha itu istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan kecerdasannya sedangkan Asiyah itu wanita mulia dengan ketegaran imannya sekalipun beliau disiksa oleh sang suami yakni Fir'aun."
"Iya-iya, baik ibu paham."
"Hehe, ibu pintar deh. Baiklah, saya permisi duduk ya bu."
"Iya dong, eh eh tapi siapa yang suruh kamu duduk. "
"Yah, kok gitu sih bu?"
"Sekarang kamu kerjakan soal 60 nomor ini sebelum jam pelajaran ibu habis."
"Tapi bu,..."
"100 nomor atau nilai fisika kamu saya kosongkan."
"Baiklah bu."
Dani kemudian berjalan tanpa semangat menuju bangkunya, disana tepat di sebelahnya duduk seorang gadis berkerudung sepundak sama seperti dirinya sedang tertawa sambil menutup mulut akibat tingkah sahabat yang dinilai telah berungkali berbuat seperti tu.
"Kamu ngapain tutup mulut kayak gitu heh? kalau pengen ketawa ya ketawa aja gak usah ditahan,"
"hahaha, sumpah tadi kamu lucu banget. Muka kamu udah mirip sama Dona."
"Dona siapa?"
"Itu loh, yang biasa ditarik bang Supra."
"Haahh?! Kamu kira aku topeng monyet apa."
"Yee, siapa bilang. Kamunya aja yang mirip-miripin diri kamu ama si Dona."
"Ish, syafa RESEEE." Tanpa sadar Dani berteriak hingga pandangan seisi kelas tertuju padanya, termasuk Bu Mila yang memandangnya dengan pandangan marah entah sejak kapan.
"Hamda, sekarang kamu keluar. Sudah cukup tingkah kamu hari ini dengan mengacaukan pelajaran saya."
"Tapi bu, ini juga gara-gara saya sampai Dani teriak." Syafa berusaha membela Dani .
"Hamdani.." Ibu Mila tak ingin mendengar pembelaan dari siapapun.
"Baiklah bu."
"Yah, Dani maaf.." tampak Syafa tertunduk lirih dan menyesal atas apa yang diperbuatnya juga.
"Gak apa-apa, kok. Hehe."
_______________________________________>>>>>
*Dani*
Tanpa sempat menoleh ke belakang, aku terus berjalan menyusuri koridor sekolah yang di dalamnya diisi berbagai aktivitas belajar mengajar, tak kupedulikan tatapan guru yang sempat berpapasan denganku atau sekedar bertanya mengapa aku bisa berjalan disini. Saat ini, yang kurasakan hanya kekecewaan dan kemarahan akan sikapku.
Menjauh dari kelas, akhirnya aku sampai di bagian belakang sekolah berupa gudang dan bekas taman yang tak pernah didatangi oleh siapapun, terlihat tembok membatasi sekolah dari lingkungan luar. Ada baiknya aku menyendiri disini berusaha untuk mencerna apa yang telah terjadi padaku beberapa bulan terakhir. Entah halusinasi atau memang nyata, tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang berjalan tak jauh dari tempatku duduk di bangku bekas taman. Terlihat seorang berseragam sama sepertiku, yang berbeda hanya saja ia tak memakai kerudung dan ia memakai celana seragam khas anak SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
earthenware
Teen FictionHamdani Asiyah, seorang remaja perempuan dengan segala tingkahnya yang ceroboh. Panggilannya Dani, hmm ya, orang-orang akan mengiranya sebagai lelaki jika didengar, namun tenaga dan semangatnya bisa ditandingkan dengan lelaki haha, begitu kira-kira...