you and me

45 5 1
                                    

Bruk.....suara pintu yang terbuka membangunkannya yang sedang tertidur.

"kenapa lagi?"pikir Rana

Rana segera mengambil hijab dan memakainya secara kilat. Rana bangun dan berdiri disamping tempat tidurnya. Dimas mendekatinya dengan nafas yang memburu.

"Kenapa dipakai jilbabnya."dia mendekat, Rana tidak menjawab pertanyaannya karena ia sendiri tidak tau kenapa refleknya sangat cepat.

"KENAPA..."Dimas mendekat, membuatnya semakin mundur. Dimas mengurung Rana yang sudah menempel di dinding. Nafasnya menerpa wajah Rana dari situ lah ia tau bahwa pria itu.

"Ka..mu mabuk."Rana memberanikan diri untuk melihatnya.

"Aku tanya kenapa kamu selalu memakai jilbabmu walau hanya berdua dengan ku."Rana terkunci dengan tatapan pria itu tidak ada tatapan seperti biasannya, hanya ada tatapan frustasi pria itu.

"Aku keluar, kamu mabuk sepertinya."saat Rana ingin pergi, dia malah memeluk Rana dengan erat sambil berbisik.

"Kamu...."nafasnya sangat terdengar lirih.

"Wanita sok suci yang sialannya adalah istriku."menarik jilbab Rana dengan pelan dan melemparnya. menyetuh rambut Rana pelan, berdekatan dengan Dimaa membuat jantungnya berdetak kencang.

Rana masih saja memantung karena pria itu. Saat pria itu lengah Rana melepaskan dirinya. Saat ingin keluar tangan pria itu lebih dulu menarik dan memeluknya erat dari belakang.

"Aku mohon lepasin."Rana mulai terisak ketakutan.

"Kenapa kamu takut, aku suamimu." suaranya terdengar serak seperti menahan sesuatu. Dia membalik tubuh Rana yang terisak agar menghadapnya. Dimas memegang dagu Rana agar melihat matanya, dan menyentuh rambut sebahu milik Rana lalu kewajah, setiap sisi wajah dan bibir. Pria itu tiba-tiba saja mencium bibirnya dengan sangat cepat, karena ciuman pria itu terlalu cepat membuat tubuhnya hampir jatuh, tapi dengan sigap Dimas memegangnya, dan entah keberanian dari mana Rana memegang sisi jaket Dimas.

Hening....

Dimas melepaskan tautan bibir mereka dan pergi begitu saja. Rana tidak kuat lagi menahan tubuhnya ia terduduk dan menumpahkan semua air matanya.

"Mengapa..."Rana menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar. Memukul dadanya dengan keras agar rasa sakit itu hilang

"kamu begitu kasar padaku."lirinya pada dirinya sendiri.

"Bukan hanya kamu yang tersiksa disini, bukan hanya kamu yang menjadi korban disini"Rana mengusap bibirnya kasar.

Rana Gadis itu menangis cukup lama dan tertidur dengan posisi merinkuk seperti bayi. Ia sungguh berharap tidak akan pernah bangun dan melihat wajah pria itu. Melihat dan berada didekatnya selalu membuat perasaan Rana menjadi aneh, entah ia membenci pria itu atau...malah mencintainya.

-----

Rana gadis itu terbangun dengan mata yang berat serta kepala yang pening, tapi siapa yang memindahkannya perasaan tadi malam ia tertidur dilantai mengapa sekarang diatas tempat tidur. Mungkin ia mengigau dan naik sendiri, mana mungkin Dimas yang memindahkannya. Ia segera mengambil air wudhu dan langsung menunaikan shalat subuh.

Rana melipat mukena dan sajadah yang ia pake tadi. Ia melihat pantulan dirinya dicermin, keadaannya sekarang lebih baik daripada tadi malam.

Rana berniat membuat sarapa buat pria itu. Mengingat sekarang mereka hanya tinggal berdua, baru satu hari mereka pindahan sudah banyak hal yang dialami Rana. Rana membuka pintu kamarnya dan ternyata pintu kamar Dimas masih tertutup.

Ada yang berbeda dari penampilan Rana kali ini, ia tidak memakai hijabnya dan memakai baju panjang sampai bawa lutut. Ia mengikat rambutnya asal lalu turun kebawah. Dimas benar mengapa ia harus memakai hijab walau hanya berdua dengannya. Sebenarnya dari awal ia ingin melakukan ini, tetapi rasa canggungnya pada Dimas mengalahkan keinginanya. Ia masih belum terbiasa akan kehadiran Dimas dalam hidupnya, hanya Ayah dan Raka pria yang ia tau. Semenjak sekolah bahkan kuliah dulu, ia tidak pernah dekat dengan pria manapun, teman dekat yang ia punya pun hanya satu yaitu Nayla.

30 menit kemudia.....

Masakan Rana sudah tersusun rapi dimeja makan. Ia membuat nasi goreng saja yang menurutnya lebih praktis. Ia tidak tau apa Dimas akan memakannya tapi setidaknya ia sudah melaksanakan kewajibannya. Rana menuang air putih dan mendengar suara langkah semakin mendekat saat ia berbalik, betapa terkejutnya karena Dimas sudah berdiri tepat didepan Rana. Untung saja ia tidak menjahtukan gelas yang ia genggam tadi. Rana segera menggeser tubuhnya agar Dimas bisa duduk. Ia segera duduk didepan pria itu, mereka sarapan dalam diam. Hanya dentungan sendok dan garpu yang terdengar, dua insan itu sama-sama berdiam diri.

Ting.....tong.....

Ting....tong.....

Saat Rana ingin berdiri dan melihat siapa yang datang. Dimas lebih dulu berdiri

"Biar aku aja, kamu lagi gak pake jilbab"Dimas menatapnya, dan pergi membuka pintu.

Rana masih mematung tatapan pria itu tidak seperti tadi malam. Mengapa tiba-tiba dia jadi lembut seperti itu pikir Rana.

----
Komen dan votenya aku tunggu ya❤

Terjebaknya Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang