Aku bukanlah siapa-siapa. Aku bukan keturunan keluarga berdarah biru atau keluarga yang tersohor karena sederet prestasi yang dimiliki keturunannya. Aku hanyalah aku, perempuan 19 tahun yang tengah sibuk mengeksplor diri 'tuk temukan jati diri di dunia perkuliahan.
Dalam rangka mewujudkan mimpi, aku ikut bergabung dalam salah satu organisasi yang berada di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa--sebut saja himpunan. Biasa, namanya juga mahasiswa sok mau sibuk. Hal ini terbilang nekat sebab sejatinya aku agak lumayan malas jikalau disuruh melakukan banyak hal disamping urusan kuliah yang menjadi prioritas.
Nyaris dua bulan berada di atap himpunan yang sama, namun aku masih enggan terlalu menceburkan diri agar bisa akrab dengan rekan satu organisasiku. Branding awal yang ingin aku bangun di organisasi adalah kesan kalem. Aku ingin dikenal sebagai manusia kalem yang irit bicara meskipun sesekali gagal.
Setiap kali berkumpul di kesekretariatan, hobiku adalah mengamati dan mengkotak-kotakkan orang berdasarkan tingkah laku mereka. Menggeneralisir? Oh tentu. Tapi kan, semua hanya sebatas dalam pikiranku saja. Jadi, bukan masalah besar, kan?
Ada Si Serius. Dia sangat strict dengan aturan, baik saat rapat ataupun bukan. Anaknya sedikit susah diajak bercanda. Tetapi, meskipun cenderung kaku, dia kerap kali menjadi bahan ejekan oleh teman-teman satu himpunan. Sambil mengerucutkan bibir, dia bilang, "Ih, udah dong! Jangan ngolokin aku terus!"
Habis itu, dia ngambul.
Ada juga Si Buku. Dia orangnya enggak begitu serius alias masih-bisa-diajak-guyon. Tetapi, ketika forum dimulai, bahasanya mendadak berubah menjadi serba alamiah macam dosen yang agak kurang aku sukai. Makanya, dalam pemikiranku ia aku labeli Si Buku. Bahasanya dalam bertutur kata terbilang berat, serius!
Selain Si Serius dan Si Buku, ada juga Si Tukang Telat. Dalam berbagai kesempatan, Si Tukang Telat ini sudah dipastikan akan terlambat. Serius. Tingkat akurasinya 98%. Cuma dalam momen-momen tertentu dia akan datang tepat waktu.
Di antara label-label pribadi yang aku berikan pada rekan satu organisasiku, ada satu orang yang terbilang cukup menjadi happy virus dalam kelompok. Dia, Si Lucu. Si Lucu ini sangat akrab dengan banyak orang. Lontaran khas dirinya yang terkadang garing tetap saja menjadi hiburan tersendiri buatku. Ah, pokoknya, kalau ada kumpul di kesekretariatan, Si Lucu ini jadi penghidup suasananya.
Dari sekian banyaknya Si Ini dan Si Itu yang aku kotak-kotakkan, aku paling ingin berusaha akrab dengan Si Lucu. Meskipun di awal aku bilang kalau dia akrab dengan banyak orang, hal itu tidak berlaku buatku. Maka dari itu, ingin sekali aku berusaha berteman dekat dengan Si Lucu ini--kamu.
Tapi, aku terlalu biasa-biasa saja. Aku bukanlah Si Serius yang kerap kali menonjolkan diri karena ke-strict-annya. Aku juga bukan Si Buku yang sering berpendapat di dalam forum. Aku juga bukanlah Si Tukang Telat yang selalu di-notice banyak orang karena keterlambatannya.
Kembali lagi ke kalimat di awal paragraf:
Aku bukanlah siapa-siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu.
RomanceBukan cerita indah kayak sinetron. Bukan cerita penuh haru-biru kayak film-film. Cuma cerita manusia biasa yang selangkah lebih unggul untuk dekat dengan sosok yang hanya ada di mimpi-mimpinya.