Aku, Si Pengamat

23 0 0
                                    

Aku sengaja duduk menepi di ruang kesekretariatan, berusaha menghindari keramaian. Bukannya aku anti bersosialisasi, tapi aku hanya ingin istirahat dan menghindari interaksi demi memulihkan tenaga. Asli, sudah lelah aku berinteraksi dengan banyak manusia seharian ini. Aku ingin beristirahat sebentar.

Sembari mengatur napas dan mengistirahatkan tubuh, aku melihat dirimu masuk ke dalam ruangan yang sama denganku. Tas tersampir di bahu, senyum simpulmu, dan juga ekspresi andalanmu tidak luntur meskipun matahari sudah semakin meredup.

Kamu masih terlihat bersinar, meskipun aku tahu bebanmu juga berat.

"Eh, ngomongin apaan, sih?" Akhirnya, kamu bersuara juga. Aura semangatmu tiba-tiba ikut mengalir di tubuhku sehingga rasa lelah yang tadi ada di pundakku luruh.

"Ini, lho. Lagi bikin rencana mau liburan bareng," balas temanku.

"Oh ya? Nimbrung, dong!"

Suasana kesekretariatan yang tadinya sedikit sunyi mendadak ramai karenamu.

Ah, ingin rasanya aku bisa dengan mudah nimbrung seperti dirimu. Sepatah-dua patah kata yang terlontar rasanya seperti mendadak membangkitkan mood. Ingin juga aku seperti orang-orang lain yang bisa mengobrol santai denganmu tanpa banyak berpikir.

Aku bisa. Iya, aku bisa. Tapi aku mendadak kaku ketika berdiri di depanmu. Semua seperti terpaku dan membeku. Hanya di depanmu. Aneh? Tentu! Padahal, cuma ingin berkawan. Tapi, kenapa rasanya sulit?

Lagi, aku menyimpan semua pertanyaan itu di dalam hati. Biarlah saat ini aku fokus menjadi Si Pengamat. Toh, jikalau Tuhan dan takdir berkenan, ujung-ujungnya kita bisa berkawan, kan?

Iya, berkawan. 

Berkawan.

Kamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang