Aku selalu menunggu sebuah sapaan darimu, Si Lucu yang sejak awal memang entah kenapa menarik banyak perhatianku. Bagaimana tidak? Aku — yang selalu ingin disapa olehmu — selama ini hanya mampu memandangimu dari kejauhan. Aku juga sesekali menertawakan candaanmu, entah kau sadar atau tidak. Entah kenapa, rasanya sulit sekali ingin menyapamu. Mau menyapa saja sulit, bagaimana dengan harapan berkawan dekat? Nihil!
Menurut informasi yang aku ketahui, kamu masih satu program studi denganku. Bisa dibilang, umur kita juga sama, hanya berbeda bulan saja. Ah, kalau yang ini, jangan tanyakan aku tahu dari mana. Hal yang membuatku tertarik untuk berteman denganmu ada banyak:
Satu, kamu cukup konyol dan setelah aku amati, selera humor kita sama-sama payah. Dua, kekonyolanmu ternyata berjalan seimbang dengan kecerdasanmu. Ah, bagaimana menjelaskannya, ya? Pokoknya, aku tertarik berdiskusi dan berbicara mengenai banyak hal denganmu. Ya ... sekadar kenal dan berteman saja sudah lebih dari cukup. Aku mengagumimu, tapi tak mampu senyum atau berkata hai begitu saja.
Sebenarnya, aku terbilang mudah bersosialisasi. Tetapi, entah kenapa, rasanya sulit tiba-tiba menyapamu agar kita bisa menjadi teman. Serius, aku tidak berkata dusta. Aku mendadak jadi si kaku kalau berada di dekatmu. Dan hal ini lah yang menyebabkan aku tak kunjung mendapat sapaan darimu.
Semua harapanku ya pada akhirnya akan tetap menjadi harapan.
Contohnya ya ... sekarang.
Aku dan kamu, Si Lucu, berada dalam satu ruangan yang sama. Sebetulnya ada satu lagi, sih. Tetapi, si dia tidak ingin aku sorot sebab fokus utamaku adalah kamu. Kamu sedang membongkar isi tasmu. Aku sendiri sedang sibuk memainkan gawaiku.
"Duh, charger-nya ke mana, ya?" tanyamu pada dirimu sendiri. Mungkin.
Aku hanya melempar lirikan sebentar sebelum akhirnya kembali terpaku pada gawaiku sendiri.
"Eh, kamu bawa charger, nggak?"
Aku kira, pertanyaan itu untuk diriku. Seketika aku mendongak, mencoba mencari wajahmu. Ternyata, harapanku musnah. Kamu bertanya pada orang lain, bukan padaku.
Ah, sial! Mau berteman saja kok, rasanya sesulit ini, sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu.
RomanceBukan cerita indah kayak sinetron. Bukan cerita penuh haru-biru kayak film-film. Cuma cerita manusia biasa yang selangkah lebih unggul untuk dekat dengan sosok yang hanya ada di mimpi-mimpinya.