Aku mencintaimu, Emu! Setulus hatiku! Aku berjanji akan selalu membuatmu hari-harimu dipenuhi kebahagian! Percayalah padaku! Hatimu akan selalu aman bersamaku! Aku berjanji!
Kalimat itu selalu terngiang setiap gadis manis bersurai hitam legam itu melewati sebuah taman kecil dipinggiran kota. Manik cokelat terang itu tampak berkabut, seakan memberi tanda kegalauan yang dirasakan oleh hatinya. Sebuah bangku kecil yang berada ditengah kumpulan bunga warna-warni itu semakin menguatkan ingatannya tentang sosok yang tengah dia rindukan sekarang. Kakinya perlahan melangkah menuju bangku kecil itu tergoda untuk menikmati keindahan bunga yang sedang menari diterpa angin yang bertiup lembut.
Gadis itu bersender pada bangku kecil itu. Kedua bola matanya yang sayu berkeliling menyapu pemandangan di sekitarnya, lalu berhenti tepat disamping bangku yang dia duduki.
"I miss you...." bisiknya lirih.
Pikirannya kini melayang entah kemana. Mengingat memori tentang seseorang yang selalu duduk disampingnya kala gadis itu menghabiskan waktu di taman favoritnya. Seseorang yang telah memiliki hatinya. Seseorang yang selalu berjanji akan menjaga hatinya.
Emu menyentuh dadanya, meraih liontin locket perak mungil berbentuk oval dengan ukiran rumit pada kedua sisinya. Dia membuka liontin cantik itu dan melihat dengan mata nanar potret sosok pria yang dirindukannya. Pria bermata sipit berkulit coklat eksotis dengan senyum secerah matahari. Senyum yang selalu bisa memberikan suntikan semangat kala dia lelah. Senyum yang selalu bisa membuat dia merasa terjaga sepenuhnya.
Sayangnya semua itu telah berakhir.
Tanpa satu pesanpun, tanpa penjelasan apapun. Pria yang Emu kasihi pergi meninggalkannya begitu saja. Menorehkan luka menganga dalam hatinya. Emu tidak pernah mengerti apa kesalahan fatal yang telah dia perbuat. Sehingga membuat kekasih hatinya tidak menepati janjinya untuk selalu bersama.
"Dimana kamu sekarang, Kiriya-san?" rintih Emu dengan bibir yang bergetar.
Hatinya lara setiap kali nama itu muncul dalam pikirannya. Bayangan wajahnya selalu terngiang dengan jelas dan mengacaukan logikanya. Sudah banyak cara dia lakukan. Emu bahkan menyibukkan diri dengan pekerjaannya Dan mengambil overtime hampir disetiap shift-nya. Namun setiap kesibukannya terhenti, bayangan tentang Kiriya selalu muncul layaknya film yang diputar di depan matanya.
Seandainya waktu bisa diputar kembali.
Tiga bulan bukanlah waktu yang singkat untuknya. Melupakan bukanlah rencananya sejak pertama kali bertemu dan menjalin kebersamaan dengan Kiriya. Untuk menghabiskan waktu hingga tidak ada waktu tersisalah tujuan utamanya. Namun kini, tiga bulan tanpa kehadiran sang penjaga hati membuat setiap detik yang berlalu berjalan begitu lambat seolah ingin menyiksa jiwanya secara perlahan.
Buliran kristal bening dari bola matanya kini menetes pelan dipipinya. Emu sudah lelah menangis. Dia ingin menghentikan tetesan air mata yang mengalir namun dia tidak berdaya. Air mata itu selalu jatuh dengan sendirinya mengikuti jeritan hatinya akibat sakit yang didera.
Emu mengulum bibir bawahnya. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk menahan bibirnya bersuara. Dia tidak ingin menarik perhatian orang sekitar dengan suara rintihan tangisnya. Dia tidak ingin terlihat begitu hancur di depan orang lain. Namun Emu sendiri tidak sadar. Jika ada orang yang ikut terluka melihat kesedihannya. Di kala Emu bergulat dengan perasaannya yang kacau. Terlihat dua pria muda memperhatikannya dengan prihatin di balik pepohonan dekat taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ONS] 🆃🅷🅾🆂🅴 🆃🅷🆁🅴🅴 🅻🅸🆃🆃🅻🅴 🆆🅾🆁🅳🆂 [✔️]
Romance[CLOSED REQUEST] [ONESHOOT] [BYREQUEST] We're all a little weird. And life is a little weird. And when we find someone whose weirdness is compatible with ours, we join up with them and fall into mutually satisfying weirdness-and call it love-true l...