Matahari siang ini memancarkan sinar yang tidak biasa. Awan yang tidak mau meninggalkan matahari membuat siang itu terasa lebih sejuk dari siang di musim panas biasanya. Apalagi siang itu angin berhembus dengan sepoinya, mengudang siapa saja ingin mencicipi kesejukan siang itu dengan aktivitas diluar ruangan. Sayangnya hal itu tidak berlaku untuk seorang pria muda berusia sekitar 20an bermanik bulat hitam yang memakai mantel coklat tortilla.
Wajahnya kusutnya yang menandakan suasana hatinya yang sedang tidak baik kontras dengan suasana cafe yang dia masuki saat ini. Cafe kecil yang diberi nama Nascita itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Suasana hangat yang tercipta dari senyum para pengunjung yang tengah bercengkrama seraya menikmati segelas kopi nikmat sungguh kental terasa. Pria itu memasuki cafe dengan menghela nafas panjang lalu segera menuju di spot pribadi yang diperuntukkan bagi pemilik cafe dan orang terdekatnya.
"Sento-kun! Kamu sudah pulang!" Seorang pria berusia sekitar 40an yang memakai apron hijau tua dan topi fedora putih chiffon menyapanya dengan senyum lebar sekaligus heran melihat Sento pulang lebih awal dari laboraturium tempat dia bekerja.
"Tidak biasanya kamu pulang lebih awal! Ada apa? Berdebat lagi tentang sebuah teori ataukah ada formula yang tidak bisa kamu pecahkah?" tanya pria itu lagi yang tidak lain adalah Isurugi Souichi sang pemilik Cafe Nascita seakan sudah hafal sifat anak muda yang tengah menekuk wajahnya dengan tidak elegan.
"Ck! Tidak mungkin seorang jenius tampan sepertiku tidak bisa memecahkan formula sesulit apapun!" seru Sento dengan wajah sombong seperti biasanya dengan sedikit menaikkan dagunya.
"Selain itu perlu digaris bawahi dengan tebal, aku tidak pernah kalah jika berdebat mengenai ilmu yang kukuasai! Tidak pernah!" tambahnya lagi dengan nada penuh percaya diri membuat beberapa orang duduk disekitarnya memutar matanya dengan jengkel. Sento dan kepercayaan diri yang tinggi tidak pernah berhenti membuat mereka terheran.
"Lalu? Mengapa wajahmu kamu tekuk seperti itu? Seperti seorang pecundang yang kalah dalam sebuah pertarungan saja!" Seorang lelaki berambut berantakan berwarna coklat bertanya dengan ketusnya hingga disambut dengan lirikan tajam dari Sento yang tidak nyaman dengan kata pecundang yang terselip dalam kalimat rekannya itu.
"Pecundang? Aku bukan seorang pecundang, Kazumi!" protes Sento dengan wajah kesal.
"Aku hanya tidak paham dengan jalan pemikiran salah satu rekan kerjaku! Aku sudah bilang jika sikapnya itu diluar logika dan tidak ada dalam ilmu pasti. Namun dia seakan tidak peduli dengan omonganku bahkan bertingkah semakin aneh!"ungkap Sento seraya menyenderkan punggungnya di kursi tempat dia duduk.
"Memangnya apa yang menyebabkan dia bertingkah aneh? Sento saja sudah aku anggap sebagai orang aneh, eh ternyata masih ada orang yang lebih aneh dari kamu! Wow! Tidak bisa dipercaya!" ucap seorang Pria lain yang duduk disebelahnya dengan ekspresi absurd yang tidak bisa dijelaskan.
"Bisakah kamu bertanya dengan kalimat yang biasa saja, Banjou?" ucap Sento terheran dengan para rekannya yang selalu saja mengeluarkan kalimat asal-asalan yang tidak bisa diterima baik oleh otaknya.
"Dia menyukai seorang wanita!" jawab Sento dengan sedikit bernada malas dengan pemabahasan yang baru saja mereka mulai, seolah-olah bukan dia yang menyebabkan hal sensitive ini dibahas lebih dalam.
"Hanya karena itu?" tanya seorang wanita dewasa berpakaian rapi bersurai pendek coklat sambil tertawa geli ke arah Sento.
"Astaga, Sento-kun! Kamu membuatku tertawa!" tambahnya lagi masih belum menghentikan tawanya. Teman-teman lainnya yang duduk satu meja dengan mereka mau tidak mau ikut tertawa.
"Mengapa kalian menertawakan hal yang tidak lucu?" Sento mengeryitkan dahinya melihat teman-temannya yang sibuk tertawa pada hal yang menurutnya tidak memiliki unsur komedi sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ONS] 🆃🅷🅾🆂🅴 🆃🅷🆁🅴🅴 🅻🅸🆃🆃🅻🅴 🆆🅾🆁🅳🆂 [✔️]
Romance[CLOSED REQUEST] [ONESHOOT] [BYREQUEST] We're all a little weird. And life is a little weird. And when we find someone whose weirdness is compatible with ours, we join up with them and fall into mutually satisfying weirdness-and call it love-true l...