Bab 9 - Cinta Itu Pergi

51 30 7
                                    

Sudah seminggu aku dirawat, dokter belum mengizinkanku pulang. Selama aku dirawat, Hamzah atau Fatimah menjenguk atau sekedar menanyakan kabar.

Aku terus menatap layar handphone, berharap Hamzah atau Fatimah menanyakan kabar. Nihil, notifikasi yang aku harapkan tak kunjung muncul.

Akhirnya setelah menunggu lama, Hamzah mengabarkan kalau nanti malam akan datang menjenguk. Aku sangat senang mendengarnya. Aku ingin terlihat segar di mata Hamzah.

"Maaf aku baru sempat jenguk kamu, kemarin ada acara keluarga Fatimah." Hamzah duduk di sampingku.

"Nggak apa-apa, Kak." Jawabku.

Hamzah ternyata belum berubah, sepulangnya aku dari rumah sakit, dia tetap merawatku.

"Ayah ikut kita pulang kan ke rumah?" Tanya Haafizhah.

"Iya, Ayah akan tinggal di rumah kalian selama beberapa hari." Kata Hamzah.

"Maaf ya Yah, kemarin aku marah-marah." Hakim merasa bersalah sudah berkata kasar pada Hamzah 2 hari lalu.

"Iya sayang nggak apa-apa, Ayah juga yang salah." Mereka berpelukan.

Setelah aku pulang dari rumah sakit, Hamzah tinggal di rumah kami. Suasana rumah kembali sejuk seperti dulu. Sesekali aku mengingatkan untuk pulang ke rumah Fatimah.

"Istrimu bukan cuma aku. Fatimah juga butuh perhatianmu, Kak."

"Dia belum menghubungiku, berarti semua baik-baik saja. Aku mau merawatmu sampai kamu betul-betul sehat."

Aku bahagia, Hamzah memperlakukanku sangat manis. Dia selalu menjaga kesehatanku.

Dia juga selalu menyisihkan waktu untuk bermain bersama anak-anak. Ini sungguh pemandangan yang indah.

Aku tidak tahu ini kabar baik atau buruk, Fatimah datang membawa kabar.

"Kak Hamzah mana?" Tanya Fatimah setelah aku mempersilahkan duduk.

"Lagi jalan sama anak-anak."

Fatimah menyodorkan surat hasil lab.

"Kamu hamil?"

"Iya Nul, maafkan aku. Tolong jangan minta Kak Hamzah menceraikanku."

"Kenapa minta maaf? Ini kabar bahagia. Aku pastikan Kak Hamzah tidak akan meninggalkanmu."

"Kak Hamzah bilang dia akan menceraikanku kalau kamu udah sembuh total. Kemarin aku minta ditemani ke rumah sakit, dia menolak dengan alasan kamu lagi drop nggak bisa di tinggal. Apa benar begitu?"

"Nggak Fat, kemarin aku baik-baik saja. Kemarin Kak Hamzah keluar katanya ke rumahmu."

Kenapa Hamzah membohongi kami berdua? Kemana dia kemarin sebenarnya?

"Kamu bohong!" Kataku ketika Hamzah masuk kamar.

"Apa sih sayang, aku pulang-pulang udah dimarahin gini."

"Kemarin kemana? Tadi Fatimah ke sini katanya kemarin dia minta kamu antar ke rumah sakit, kamu bilang aku drop nggak bisa di tinggal. Kok kamu bohongi kita berdua? Terus katanya kamu mau ceraikan dia setelah aku sembuh total, apa benar itu?"

"Oh kemarin memang tadinya aku mau nemenin dia ke rumah sakit, tapi di perjalanan aku dapat panggilan rapat mendadak. Aku lupa kabarin kamu dan Fatimah. Masalah cerai, kalau kamu nggak setuju aku nggak akan menceraikan dia."

Rapar mendadak? Aku jadi ingat saat Hamzah tidak ikut menemani anak-anak ke pusat permainan dengan alasan rapat di akhir pekan. Tapi aku malah melihatnya di restoran bersama Maya. Ah aku tidak ingin berprasangka buruk.

TAKDIR CINTA [DALAM PROSES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang