kuning ーjaehyun

ㅡ15

Mingyu turun dari kursi kemudi, meraih tas jinjingnya yang berada di bagian belakang mobil, lalu memutar menuju bagasi untuk mengambil kopernya.

Mina, berusaha mengatur nafasnya. Sekelebat bayangan-bayangan masa lalu mulai kembali mencekiknya. Bayangan ketika dirinya tersiksa.

Mingyu menunduk, "Yakin bisa pulang sendiri? Perlu aku antar?"

Mina menggeleng kuat, berusaha agar dapat memunculkan lagi tembok yang sudah dibangun antara hatinya dengan sosok di jendela samping. "Selamat istirahat"

Perasaan Mina kalang kabut.

Mina belum menyiapkan hatinya untuk momen seperti ini. Semuanya berlalu begitu cepat, depresinya juga bergerak bak berlarian mencekik saluran bernafasnya hingga sesak.

Mobilnya bergerak membelah jalanan kota menuju salah satu rumah sakit yang pernah ia kunjungi.

Jaehyun.

🌈

Jaehyun menyunggingkan senyumnya, mengetahui sosok yang dipujanya kini berdiri di parkiran UGD tengah menatapnya sendu.

Jaehyun mengernyit, "Whats wrong?"

Lengan Jaehyun berusaha merangkul, menggapai pundak yang secara teratur mulai naik-turun.

Mina menolak, ada perasaan merasa bersalah ketika ia harus menerima rangkulan itu. Ini tidak benar.

"Jae, kamu yakin soal perasaanmu?"

Jaehyun mengernyit merasa tidak beres dengan arah pembicaraan ini, perlahan menarik Mina menuju taman rumah sakit.

"Apa maksudmu? Tentu saja yakin, aku tidak pernah seyakin ini," kedua tangan Jaehyun menggenggam tangan Mina yang mendingin, gugup.

"Karena sekarang aku yang ragu," bulir air mata tidak bisa membohongi perasaan Mina saat ini.

Tiba-tiba, udara malam itu terasa panas. Kepala Jaehyun serasa akan meledak. Migrain yang ia tahan seminggu ini karena laporan koasnya belum tersentuh bak buih di lautan, hilang begitu saja.

Jaehyun meraih kedua bahu Mina, "What do you mean? I thought we have same feeling, don't you?"

Tangis Mina kian menjadi, nafasnya masih sesak seperti saat pertamakali kemari. "Mingyu, I met him."

Kalah,
Jaehyun kalah telak.