3. High School Life

503 43 3
                                    


Sky Saralee

Jakarta, September 2007

"SKY!!"

"Apa?"

"Ih! Kamu dengerin ucapanku nggak sih?" Tanya Sacio dengan bersungut-sungut.

"Denger kok."

"Terus, apa pendapatmu?"

"Hah?"

"Tuh kan, kamu pasti nggak dengerin aku!"

Aku memberi cengiran sungkan sebelum mengusap lengan Sacio. "Sorry deh, sorry. Ulangin.. Jadi gimana tadi?"

"Rafael ngajakin nonton sabtu ini.. gimana dong?"

"Ya.. udah.. kenapa bingung sih, Sa?"

"Yah... kamu kan tahu aku nggak dibolehin keluar sama laki-laki.." Ucapnya penuh penyesalan.

"Terus?"

Kali ini Sacio melemparkan cengir kuda sambil mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ya, aku ijinnya nonton sama kamu.. ya, ya?"

"Wah, aku jadi bahan tipu menipu dong!" Ucapku dengan jenaka. Sebenarnya aku sedang tidak fokus dengan pembicaraan ini. Entah mengapa sejak kemarin aku banyak diam memikirkan Gabriel. Sejak lelaki itu mengantarkanku pulang ke rumah, kami memang sering bertegur sapa, mengobrol bahkan beberapa kali makan siang bersama di kantin. Kami juga sering menghabiskan waktu dengan Cloud sepulang sekolah di halaman belakang. Tapi sudah dua hari ini, aku tidak melihat Gabe. Dia tidak masuk sekolah tanpa mengabariku.

Status BBMnya pun tak pernah berubah sejak kami saling bertukar kontak. Padahal, aku nyaris mengganti statusku dua kali sehari, sedangkan Gabe sama sekali belum menulis status apa-apa ataupun sekedar berganti foto profil.

"Sky.."

"Hm?" Jawabku bergumam sambil memainkan sisa es batu di dalam gelas dengan sedotan.

"Sky!"

"Apa?!" Jawabku sambil mengangkat kepala untuk menatap Sacio, namun tepat saat itu aku justru melihat sosok yang sedang kupikirkan. Gabe memasuki kantin bersama dengan Erlang dan Marcell.

"Gabe.." Gumamku, membuat Sacio mengalihkan pandangan dan menatap tiga lelaki tersebut. Jelas saja Saci langsung melambaikan tangan untuk memanggil Erlang. "Erlang!!!" teriaknya.

Erlang langsung tersenyum lebar sambil berlari ke arah kami. "Kalian udah selesai makan siang?" Tanyanya.

"Udah, kan jam istirahat udah mau selesai. Kamu baru ke kantin?" Tanya Sacio.

"Iya, tapi kami nggak masuk kelas lagi kok, langsung latihan buat pertandingan." Jawab Erlang. Tepat saat itu, Gabe datang mendekat.

"Hai.." Serunya. Aku hanya tersenyum menjawab sapaan Gabe karena terlalu malu untuk menyapanya. Astaga, Erlang ada disini dan aku mulai merasakan dadaku berdesir.

"Eh, omong-omong ada yang berminat nonton konser piano nggak?" Tanya Erlang.

"Aku!!" Ucap ku, dan tanpa ku sadari, ternyata Gabe juga berseru bersamaan denganku.

"Astaga! Kalian kompak banget. Aku punya lima tiket nih.. pas banget kan?"

"Yah, sorry deh Lang. Kamu kan tau banget aku nggak suka piano." Ucap Sacio sambil mengedikan bahu.

"Kamu, Cell?" Tanya Erlang pada Marcell yang masih bergeming disamping Gabe.

"Kapan?"

"Besok sore."

WAKTU ITU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang