10. Without You

338 38 1
                                    


Sky Saralee

Coffee shop, Bandar Udara - Jakarta 2017

"Mbak Bening, sudah dong jangan nangis.."

Bening malah semakin terisak sebelum memeluk tubuhku. Aku tersenyum sambil mengusap lengannya. "Saya sudah baik-baik aja kok.." Ucapku

"Tapi saya nggak nyangka kalau kak Sky selama ini menanggung kesedihan sebesar itu, saya kira Kak Sky baik-baik saja setiap datang kesini.."

Aku menepuk pundaknya dengan sayang. "Masa saya datang datang nangis atau pasang muka sedih mbak? Dulu itu saya senyum juga pakai usaha maksimal.."

"Yaampun, sedih banget saya dengarnya.." Ucap Bening lagi.

"Udah, mbak Bening balik deh, lagi ramai tuh.." Ucapku lagi sambil mengusap punggungnya.

"Kak Sky baik-baik aja kan?"

"Saya sudah baik-baik aja, Mbak Bening. Terimakasih ya, saya lega lho bisa cerita begini, maaf jadi buat Mbak ikutan sedih.."

Ia menggelengkan kepala. "Saya seneng kalau kak Sky mau jadikan saya teman cerita.." Ucapnya

"Makasih banyak ya mbak.." Ucapku.

Ia menghapus air matanya sebelum beranjak dari hadapanku dengan ragu-ragu. Sambil menghembuskan nafas, aku tersenyum getir karena rasa sakit kembali menerjang dadaku.

Alasan aku datang ke tempat ini?

Aku kembali mencibir.

Lalu selain tempat ini, kemana aku harus datang ketika rindu itu tak bisa kukendalikan? Aku bahkan tak memiliki kesempatan untuk mengusap batu nisannya, atau sekedar menabur bunga di lautan. Jangankan hal itu, sampai detik ini pun tak ada tanda-tanda tentang calon suamiku itu kecuali headphone merah yang terputus menjadi dua dengan kabel yang juga sudah terputus, itu pun ditemukan setelah beberapa minggu sejak hari sialan itu.

Aku menarik nafas panjang dalam-dalam, menahan diri untuk jangan menangis lagi. Ketika itu, seseorang menghampiriku, menepuk pelan pundakku yang merosot. "Udah kuduga, Sky Saralee.." Ucapnya.

Suara itu termasuk suara yang selalu kuingat sejak hari itu. Suara yang terus-terusan turut memberiku semangat.

Aku menoleh dan menatap matanya. "Aku kira kamu pindah ke Seoul" Ucapnya lagi. Aku masih menatapnya, mencoba menemukan perbedaan dan kesamaan dari wajah dan penampilannya sejak satu setengah tahun yang lalu, tekahir kali kami bertemu.

"Kamu nggak lupa kan sama aku?" Tanyanya.

Aku menggelengkan kepala sebelum tersenyum tipis. "Ethan. Bener nggak?"

Ia terkekeh pelan sebelum duduk tepat di hadapanku. "Kamu belum berubah ya, masih suka ngeledek.." Ucapnya.

"Jadi, apa kabar? Di Jakarta udah lama?"

Aku mengangguk. "Udah kok, tahun lalu sebulan di Seoul dipaksa ambil kursus gitu.."

"Wah, dipaksa siapa?"

"Kak Laura. Dia khawatir banget aku jadi gila. Jadi aku di kirim kesana sama adik iparnya juga. Dipikirnya aku bakal bahagia terus bawa pulang oppa-oppa ganteng kali ya.."

Ia tersenyum lebar. "Tapi, berhasil kan?"

Aku menggelengkan kepala sebelum tertawa pelan. "Aku baik-baik aja kok." Ucapku.

Ethan mengangguk sebelum mencondongkan tubuhnya untuk menatapku lebih dekat. "Sky Saralee, aku nggak nyangka loh ketemu kamu disini.."

"Emang kamu sering kesini?"

"Setiap tugas pasti mampir kesini sih.."

"Oh, padahal aku rajin kesini dari dua tahun lalu, walaupun libur sebulan pas di Seoul.."

"Oya??"

Aku mengangguk. "Iya. Eh, udah pesan belum?"

WAKTU ITU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang