"Kalau nanti kita bertemu lagi, aku mau peluk tubuh kamu, genggam erat jemari kamu, juga cubit pipi dan hidung kamu. Permintaan aku nggak berat kan?"
Gabriel Solomon
New York, Febuari 2011
Satu bulan ini, aku mengisi hariku dengan senyuman lebar penuh kebahagiaan. Walaupun banyak hal dalam keromantisan yang perlu kupelajari lagi, tapi semua mengalir apa adanya. Dan hari ini, aku akan menutup bulan Febuari dengan perasaan yang benar-benar bahagia. Seolah semua keceriaan membuncah dalam hatiku.
Aku sedang menantikan kedatangan kekasihku ketika mendengar suaranya yang meneriakan namaku dengan kencang hingga seluruh orang di pintu kedatangan Bandara JFK menatapi gadis itu. Ia berjalan sambil menarik kedua koper besarnya menghampiriku, pastinya dengan senyuman mengembang yang begitu cantik.
Gadis itu adalah kado tahun baru terindah dalam hidupku, apalagi sejak ia memutuskan untuk mengajukan rencana pertukaran pelajar selama satu tahun ke New York yang untungnya disetujui oleh pihak kampus. Setelah mengurus beberapa hal, ia kembali lagi kesini dan kembali pula dalam dekapanku. Walau sebelumnya aku akan baik-baik saja dengan jarak kami, tapi keputusan pertukaran pelajar itu membuatku teramat bahagia. Satu bulan lebih menjalani hubungaj jarak jauh sebenarnya bukan hal yang sulit seperti yang kubayangkan. Setiap hari, kami saling berjumpa lewat Skype meskipun terbentang perbedaan waktu yang lumayan banyak.
Aku memeluknya, mendekapnya dengan melingkarkan lenganku di tubuh mungilnya, sambil membiarkan indra penciumanku menikmati aroma tubuhnya yang sudah begitu kuhafal.
"I miss you,Sky.."
Ia mengurai pelukan lalu menempelkan kedua telapak tangannya di pipiku sambil tersenyum begitu cantik. Tunggu dulu, aku baru tersadar kalau Sky memotong rambut panjangnya hingga sebahu. Astaga! Bilang padaku kalau cinta mampu melakukan apapun termasuk membuat mataku begitu terpana melihatnya, ataukah memang gadisku ini yang semakin luar biasa cantik?
Mata hitamnya yang pekat mampu membuatku terpesona hanya dengan menatapinya, bulu mata lentiknya membingkai dengan cantik hingga membuatku terkesima, mata itu akan melengkung dengan sempurna ketika pemiliknya tersenyum lebar, hidung mungilnya yang bahkan jauh dari kata bangir, berhasil membuatnya terlihat semakin cantik, lalu bibir merahnya yang tipis dan penuh dibagian bawah solah diciptakan begitu pas di wajah itu.
Aku masih bergeming hanya dengan menatapi wajahnya sambil memuji citpaan Tuhan itu ketika ia berjinjit untuk mencuri kecupanku. Hanya satu detik, tapi membuatku merasakan kebahagiaan yang semakin meluber hingga kemana-mana. Satu detik yang membuatku ingin memohon kepada Tuhan untuk menhentikan waktu, sebentar saja.
"I miss you too, Gabriela sayang." Katanya.
Akhirnya kami segera meninggalkan tempat itu. Sky terus saja mengoceh tentang pengalamannya yang merepotkan ketika mengurus pertukaran pelajar, visa, dan lain-lain, sedangkan aku hanya mendengarkannya dengan patuh dan sesekali mengusap kepalanya dengan bangga.
"Nanti aku telepon papa kamu ya, aku akan bilang jangan khawatir Om, Sky-nya aman sama Gabe." Ucapku. Sky langsung mengangguk sambil menarik kedua sudut bibirnya.
Setelah tiba di apartemen Alika, Sky langsung membongkar seluruh barang bawaannya. Gadis itu bahkan langsung merapikan pakaian, tas dan sepatunya dalam walk in closetmiliknya sendiri. Sky sengaja menyewa kamar dalam apartemen sepupunya itu karena merasa tidak enak jika harus menumpang dikamar Alika. Beruntung sekali, belum ada orang lain yang menyewa kamar lainnya dalam apartemen Alika. Sudah kukatakan bukan, bahwa segala yang kami rencanakan seolah dipermudah, bahkan kepindahan Sky ke kota ini seolah sudah dipersiapkan oleh Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU ITU ✅
RomanceCOMPLETED Waktu itu, kau dan aku adalah dua orang remaja yang dipertemukan tanpa sengaja, meja kantin menjadi saksi. Waktu itu, kau dan aku sama-sama menyusun cerita. Tawa, suka, canda dan perpisahan turut kita sisipkan pada kisah tanpa akhir terse...