11 (Night with Bima)

5.9K 146 1
                                    

Azalea membenarkan kembali tali spageti baju tidurnya.

Tok tok tok

Harus yah pakai ketuk pintu segala?

Azalea meringis geli dengan kelakuan sendiri.

Cklek.

Lihatlah wajah datar Bima.

"Masuk!"

Yah inilah kamar Bima.

"Jangan langsung tidur. Tunggu aku selesaikan tugas dulu."

Azalea berdecak sebal. Meski Bima masih di masa cuti. Tapi dia tetap mengoreksi pekerjaan para siswanya.

Azalea menyeringai.

Memutar sebuah lagu di ponselnya. Azalea melepas baju tidurnya.

Bima menelan kembali kata-katanya. Tadinya ia berniat menegur Azalea untuk mematikan ponselnya, dan meminta Azalea menunggu sebentar lagi. Tapi...

Lihat. Azalea meliuk. Menari dengan erotisnya. Bahkan melakukan kayang di depan Bima. Dengan tubuh polos tanpa pakaian. Jelas vagina Azalea terpampang!

Bima tidak tahu kalau istrinya bisa senakal ini.

"Lea sayang?"

Bima bingung.

Azalea berhenti menari. Sekarang istri nakalnya berjalan ke tempat tidur. Mengubur diri di bawah selimut. Seolah kejadian tadi tidak pernah ada.

"Lea... Kamu ngerjain saya?!"

Tidak ada jawaban.

Bima menyibak selimut. Menahan kedua tangan Azalea di kedua sisi. Mata mereka saling menatap tak ada yang mau mengalah.

Sejak pertama mereka kenal. Bima tahu, Azalea sangat sulit untuk tunduk.

Bahkan diantara saudaranya yang lain. Azalea lebih sering beradu mulut dengan Bima. Keduanya sama-sama keras kepala.

"Kau akan dapatkan hukumanmu, Azalea."

"Pak Guru, aku menantikan." Azalea tersenyum menantang.

---

"Bima tunggu!"

"Apa?!"

Yang benar saja. Disaat Bima bersiap memasukan penisnya ke vagina Azalea.

Azalea menahan lengan Bima. Matanya melotot ke arah penis Bima. Kepalanya menggeleng. Bibirnya terus berucap penuh penolakan.

"Tidak... Pasti sangat sakit.... Tidak Bima.... Hentikan yah?"

Penis Bima sangat besar!

Gairah Bima sudah di puncaknya. Tidak mungkin ia berhenti.

Bima menahan kedua tangan di atas kepala. Menahannya dengan satu tangan.

Tangan satunya membuka paha Azalea lebar-lebar.

"Maaf sayang.... Kita tidak bisa berhenti seperti ini."

"Tidak.... Aaaaaahhh...."

Bima terus mendorong penisnya masuk. Sangat sempit.

Tubuh Azalea gemetar.

"Hiks.... Sakit..."

Bima mencelos. Diusapnya air mata Azalea.

"Maaf... Lea... Maafkan saya."

Bima menarik pelan penisnya keluar.

"Sshhh... Ahhh..." Azalea meringis sakit. Kedua tangannya menahan Bima untuk tidak bergerak lebih.

"Lea.... Lepas dulu tangan kamu. Aku harus keluar. Kamu kesakitan."

Tuhan. Haruskah Azalea pukul saja kepala Bima.

"Jangan coba-coba keluar tanpa ijinku!"

"Tapi..."

Sial. Bima! Vagina Azalea berkedut hebat.

Azalea menggerakkan pinggulnya pelan.

"Aaahhh...."

Bima kaku. Tidak berani bergerak. Takut kalau Azalea nanti kesakitan.

"Aahhh... Bimahhh... Bergerak!"

Bima masih blank.

Azalea menggigit pundak Bima.

Plok plok plok...

Bima mulai bergerak. Matanya terus menatap Azalea. Merekam setiap ekspresi sang istri.

Azalea terdorong setiap Bima menyodoknya.

"Oohhh...." Air mata terus keluar dari sudut mata Azalea.

"Aahhh Bima... Lebihh..." kaki Azalea gemetar. Penis Bima besar dan sangat nikmat.

"Arrgghhh.... Lea..." Bima mempercepat gerakannya. Desahan Azalea seolah memberi semangat untuk terus bergerak.

---

Pagi hari.

Kepala Azalea pening. Tubuhnya seolah remuk. Bahkan kedua kakinya seolah meleleh. Azalea tidak bisa bangun.

"Lea..."

Bima muncul dengan nampan berisi sarapan pagi.

"Sarapan, setelah ini kamu bisa istirahat lagi." Bima mengusap kepala Azalea dengan sayang.

"Maaf... Dan terima kasih." ucap Bima lagi.

Azalea mengangguk. Bahkan untuk bicara ia berasa tidak kuat.

---

Azalea terbangun lagi pukul 14.00

Kali ini setelah istirahat cukup. Azalea bisa bangun. Tubuhnya juga lebih segar.

"Kemana mereka?" Azalea melihat penginapan yang sepi. Tidak biasanya.

Terdengar suara tawa dari luar.

Azalea mendekat. Terlihar para suami sedang duduk melingkar. Ditengah terdapat Bima yang mukanya sudah penuh dengan coretan.

"Sedang apa kalian?"

Mereka menoleh.

Yudistira, Jaka, Nakula, Sadewa, mendekat dan memberi kecupan untuk Azalea.

Bima masih tidak bergerak. Karena diikat kuat.

"Kita sedang menghukum kak Bima. Dia sudah membuat kamu tidak bisa bangun di pagi hari dan menggagalkan rencana hari ini." Jaka menjelaskan.

Azalea berkacak pinggang. Menatap keempat suaminya.

"Lepaskan suamiku!" bentak Azalea.

Istri PandawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang