6

5.1K 180 7
                                    

Sadewa membereskan beberapa map hasil rapat osis. Beberapa hari ini osis disibukkan banyak persiapan menjelang acara ultah sekolah. Sebagai ketua osis, Sadewa bertanggung jawab memastikan acara menjadi sempurna.

"Azalea..." Sadewa merindukan kekasihnya.

Sadewa adalah anak bungsu Pandawa. Adik bontot, manja, keras kepala, dan cinta sama Azalea.

Hal terbaik dalam hidupnya adalah memenangkan taruhan, dan menjadi pacar Azalea.

"Hahahaa..." Sadewa tertawa mengingat betapa kesalnya Azalea waktu itu.

---

"Sayang...." Sadewa berlari menghampiri Azalea yang baru saja keluar dari perpustakaan.

Azalea masih setengah sadar. Baru bangun, tidur ternyamannya.

"Apa?" Azalea menyisir rambutnya dengan jari.

"Cantik..." Sadewa kadang masih gak percaya, si cantik Azalea jadi pacarnya.

"Apa sih?! Ngelindur kamu?"

Sadewa udah biasa diketusin sama Azalea.

"Kita pulang bareng ya?"

Azalea mengangguk.

"Serius? Kamu mau?" Tuhan tahu, Azalea sangat sulit diajak pulang bareng. Bahkan sekali, Sadewa gak pernah bisa nganter pulang.

Sadewa bahagia. Sungguh. Sampai tidak menyadari gurat sedih di wajah Azalea.

---

Sudah satu jam mereka duduk di dalam mobil. Di depan rumah Azalea.

Sadewa tidak tahu kenapa Azalea tidak mau turun dari mobil. Bahkan ratusan pertanyaan tak satupun dijawab.

"Sayang... Kamu gak mau pulang ke rumah?"

Azalea menoleh. Mata memerah, dia mengangguk.

"Kita ke apartemen kakakku? Setelah itu kamu harus cerita." Sadewa geram. Dia marah. Marah pada dirinya sendiri. Betapa ia tidak tahu apa-apa tentang kekasihnya ini.

---

Sadewa makin pusing.

Sesampainya Azalea di apartemen. Gadis cantik itu menangis. Sesenggukan hingga tertidur.

Tidak mudah mendengarkan keseluruhan cerita. Sadewa hanya menangkap sebuah nama.

Jaka.

Sadewa menatap penuh curiga pada Azalea yang masih tertidur.

"Huhh." Hati Sadewa mendadak gelisah.

Jaka?

Bukankah itu nama kakaknya?

---

Azalea terbangun, memegang kepalanya yang seolah berputar.

Melihat sekeliling. Azalea merasa keakraban. Kenapa kamar ini seperti di apartemen Yudistira?!

Berjalan keluar. Benar ini apartemen Yudistira. Meski sekali, Azalea mengingat dengan baik.

"Sayang.... Sudah bangun?"

Azalea menoleh.

Sadewa membawa dua mangkok mie. "Makan dulu, sayang. Maaf ya aku cuma bisa masak mie."

Azalea tidak banyak bicara. Dia makan dengan tenang.

---

Setelah makan. Mereka duduk bersebelahan di ruang tengah. Banyak yang ingin Sadewa tanyakan. Tapi Sadewa takut. Takut Azalea malah marah dan pergi.

"Sadewa... Ini... Apartemen ini?" Azalea bertanya.

"Apartemen kakakku. Kamu tenang aja, kakakku jarang pake. Dia lebih suka tidur di perusahaannya."

Kembali diam.

Canggung.

Sadewa menunduk gelisah. Menarik nafas. Menenangkan kegugupannya.

"Azalea... Siapa Jaka?"

Sadewa menatap Azalea yang kini membulat menatapnya balik. Jelas Azalea terlihat terkejut.

"Jaka adalah kekasihku."

Sadewa tertawa sumbang.

"Maaf." entahlah, Azalea sedikit merasa bersalah.

Sadewa meraih tengkuk Azalea. Dilumatnya bibir pucat sang kekasih. Emosinya tersalurkan dalam ciuman mendominasi.

Azalea tersengal. Matanya menatap marah ke Sadewa. Dia hampir mati kehabisan nafas.

Sadewa mengabaikan tatapan membunuh dari Azalea. Dia lebih memilih membuka ponselnya. Mencari di galeri, sebuah foto.

"Apa dia Jaka yang kamu kenal?"

Azalea menatap foto yang ada di ponsel Sadewa. Tatapannya beralih pada Sadewa.

"Kamu kenal Jaka?"

"Tentu saja, jelas dia kakakku."

"APA?!"

---

Apa dunia akan mengutuknya?

Punya pacar lima. Dan kelimanya adalah saudara kandung.

Azalea pikir akan ada peperangan. Perpecahan. Atau mungkin saling bunuh di antara saudara? Memperebutkan satu wanita bodoh seperti dirinya?

Tidak.

Azalea menggelengkan kepala. Sepertinya ia terlalu banyak berpikir.

Lihatlah. Empat orang di depannya.

Yudistira, Bima, Nakula, dan Sadewa. Mereka bahkan sedang berbincang. Damai.

Azalea tidak tahu kenapa keempat lelaki aneh ini tiba-tiba berkumpul. Tentu saja itu karena panggilan dari Sadewa.

"SAYANG..." panggil mereka serempak.

Azalea kaget. Bingung. "Apa?!"

"Kamu gak dengerin kita ngomong?" ini si Bima yang bicara dengan nada khas guru menyebalkan.

Cup!

Azalea menoleh. Sial! Nakula main nyosor bibirnya.

Melihat Sadewa yang ingin menciumnya, buru-buru ia tahan muka Sadewa dengan tangannya. Matanya menatap pada Yudistira dan Bima. Mengancam mereka untuk tidak mendekat. Bisa jontor bibir Azalea kalau mereka serbu.

"Kita lanjut bahas, gimana menyelesaikan masalah Jaka."

Istri PandawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang