3

10K 162 1
                                    

Sudah lima kali Azalea bolak balik ke ruangan pak Bima.

Guru bahasa Inggris ngeselin, menyuruh banyak hal. Bawain bukulah. Minta tolong ambil buku presensi yang ketinggalan. Nyari bulpoin. Atau entah apa lagi nanti.

Bruk.

Azalea duduk tak berdaya.

"Udah yah pak? Saya capek."

Bima diam memperhatikan Azalea duduk malas.

"Jadi pacar saya?" Bima mengusap kepala Azalea. Sangat lembut, Azalea terbuai belaian pak Bima.

Pembicaraan ini. Azalea menggeram kesal.

"Kalu bapak tetap mau jadi pacar saya, memangnya bapak mau? Saya punya pacar 4, lho. Kalo bapak mau, berarti pacarku 5, pak."

"Saya gak peduli. Pokoknya kamu pacar saya."

"Bapak gak takut?"

Heran. Ngotot banget sih ini orang?

"Saya memperjuangkan kamu, Lea. Gak ada yang perlu saya takutkan."

"Terserah bapak."

"Saya cinta kamu, Lea. Tidak peduli siapa pacar kamu. Saya hanya tahu untuk mencintaimu. Yang saya takutkan cuma kamu benci saya."

"Dengan bapak nyuruh saya ini itu. Bolak balik. Udah berhasil bikin saya benci sama bapak."

"Maaf, sayang."

"Ish... Gak usah sayang sayang."

"Love you too, Lea."

"Pak Bima!"

---

Azalea membuka pesan yang baru saja masuk. Dari pak Bima. Lelaki itu yang menyimpan sendiri nomornya ke ponsel Azalea.

'Ke ruangan saya sepulang sekolah.'

Azalea tidak membalasnya.

"Sayang...."

Kaki Azalea berhenti seketika. Bisa gak sih? Orang ini gak bikin malu di sekolah?!

Lorong kelas penuh siswa yang sedang istirahat. Begitu mendengar teriakan dari Sadewa, mereka menoleh. Menatap Azalea. Beberapa menutup mulut menahan tawa.

Azalea malu!

"Sayang... Lea... Tunggu..."

Pokoknya Azalea harus menghindar. Ia berjalan setengah berlari.

Grep!

Seseorang menarik Azalea ke sebuah ruangan.

"Pak Bima?!"

Bima mengukung Azalea di antara ia dan tembok.

Jantung Azalea berdegup kencang. Sial! Dilihat dari dekat, pak Bima kok ganteng?!

Mereka terus saling tatap. Mengagumi wajah lawan. Entah siapa yang memulai, mereka saling mendekat.

Azalea menutup mata. Saat itu bibir Bima mengecup bibir tipis Azalea. Cukup lama, kemudian bibir itu mulai bergerak pelan.

Bima meraih tengkuk Azalea. Ciumannya semakin dalam. Lidahnya terus menggoda lidah Azalea.

---

Azalea meremas rambut Bima. Ia sempat bingung, bagaimana ia bisa terbuai? Sekarang Bima sedang menyesap payudaranya. Azalea duduk di pangkuan Bima. Seragamnya sudah terbuka. BH nya terangkat ke atas.

"Aahhh... Udahhh.... Pak ohh..."

Bima semakin kencang menyesap puting Azalea.

Plop...

Bima melepas kulumannya.

"Bolos ya?" pinta Bima.

Azalea terkekek. Dia mengusap pipi Bima. Sekarang ia tahu hatinya menyayangi pak Bima.

"Bapak mau saya tinggal kelas?"

Bima menggeleng. "Tapi... Aku masih ingin kamu." setengah tak rela.

"Lima menit ya?"

Mau gak mau, Bima melanjutkan mengulum payudara sang kekasih. Sedangkan Azalea dengan sabar mengusap-usap kepala Bima.

---

Azalea mengirim pesan ke Jaka. Memberitahu kalau ia tidak perlu dijemput.

"Udah?" tanya Bima.

Sepulang sekolah. Azalea menghampiri Bima di ruangannya. Si pacar mau ngajak jalan.

"Kita mau kemana, pak?" Azalea memperhatikan interior mobil. Seperti orangnya, mobil Bima sangat rapih.

"Lea... Kalau di luar kelas. Kamu bisa panggil saya Bima. Tanpa embel-embel 'bapak'". sesekali Bima menoleh, lalu fokus kembali ke depan.

"Iya, Bima sayang...."

"Kamu menggoda saya?"

"Huh... Kamu aja yang mudah tergoda. Aku diam aja pasti kamu juga ngiler 'kan?"

Bima tertawa. Memang benar. Azalea duduk diam, Bima udah kayak mau menelan Azalea.

---

Bima membawa Azalea ke sebuah festifal makanan.

"Darimana kamu tahu tempat ini?" Azalea berbinar menatap Bima.

Dada Bima menghangat.

"Kamu yang traktir ya?" Azalea menghampiri setiap penjual makanan. Membeli beberapa yang benar-benar ia inginkan. Tapi dari semua, hampir separuh Azalea membeli.

Bima terus mengikuti. Takut pacarnya hilang.

"Kamu bisa habisin semua?" tanya Bima.

Azalea menggeleng. "Kamu yang habisin ya?"

Bisa gemuk Bima lama-lama.

Istri PandawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang