Atap

24.8K 2.4K 427
                                    

Brak

Yohan yang sudah sangat kesal dengan tingkah Somi menggebrak mejanya.

"Lo, ke ruang konseling sekarang" Desis Yohan.

"Apa? Kan Zianya baik-baik aja, ken-

"Pergi sekarang lo gak dengar?!" Bentak Yohan yang membuat semua orang di kelas itu bergidik ngeri melihat kemarahan Yohan.

"Setelah lo nyelakain orang, dan lo enggak mau tanggung jawab? Kalau gitu enggak usah sok-sokan Bully Orang, Sialan!" Maki Yohan, dan Somi meremat samping roknya, dalam seumur hidupnya Yohan tidak pernah membentaknya seperti ini.

Somi pun beranjak dan keluar dari kelas nenuju ruang konseling.

"Ingat ya, kalau ada kasus Bully kayak gini lagi, gue enggak akan ampunin. Bakal langsung gue keluarin" Ujar Yohan yang menggunakan kekuasaannya sebagai cucu dari pemilik sekolah.

"Dan untuk lo berdua, kenapa masih disini?" Tanya Yohan menunjuk Doyeon dan Mina, sontak mereka berdua pun keluar dari kelas menyusul Somi.

Guanlin yang sejak tadi berdiri di depan kelas menghela nafas lirih, Somi sulit di atur olehnya, dan Yohan turun tangan dengan segala mulut busuknya.

**

Yohan keluar dari kelasnya, dan ia menghalangi jalan Zia yang pincang.

"Kenapa sekolah?"

"Cuma keseleo doang, minggir" Usir Zia, namun kentara sekali dari raut wajahnya ia menahan sakit.

Terkelir dan menaiki tangga hingga lantai 4? Siapa yang kuat?

"Naik aja" Ujar Yohan seraya berjongkok memunggungi Zia.

"Enggak-

"Naik sekarang!" Bentak Yohan yang membuat Zia terkejut.

"E-enggak, lo galak"

"Bilang sama gue, lo mau hukum Somi gimana? Biar gue kabulin, asal naik ke punggung gue" Ujar Yohan, lalu Zia terdiam sejenak.

"Zi-"

Zia pun naik ke punggung Yohan, lalu Yohan menggendong Zia di belakangnya.

"Suruh bersihih semua kamar mandi sekolah dan guru, sapuin semua rumah kelas dan harus selesai hari ini juga" Ujar Zia. .

"Terus?"

"Udah"

"Enggak mau di skors aja? Atau di DO?"

"Jangan, kasian"

"Huh yaudah"

Begitulah percakapan keduanya menuju lantai 4. Yohan sengaja berjalan pelan agar bisa nenikmati waktunya bersama Zia.

"Zi, udah di obatin kakinya?" Tanya Yohan.

"Apa peduli lo?"

"Gue kan cuma nanya"

"Kalau nanya doang tapi enggak peduli buat apa?"

"Kalau enggak peduli, enggak mungkin gue nolongin lo dan gendong lo sampe kelas"

Zia menyamankan posisinya dan menaruh dagunya di bahu Yohan.

WAKETOS ✔ || Maze of memories + YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang